
KOTA MALANG – malangpagi.com
Federasi Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menilai informasi yang disampaikan pejabat terkait jumlah korban dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu masih simpang siur dan lemah verifikasi.
Menurur Sekjen Federasi KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), Andy Irfan Junaeddi, terdapat gap cukup besar antara klaim informasi dari lapangan dan yang masuk ke pihaknya, dengan data yang dirilis oleh pemerintah
“Informasi pihak kepolisian menyebut jumlah korban meninggal ada 125 orang. Tetapi, tim kami menyakini terdapat sekitar 200 korban jiwa bahkan lebih. Karena ada banyak yang belum terdata. Minimal 190 sekian, dan itupun belum data final,” terangnya dalam konferensi pers yang digelar di Warung Kopi Lari Community Malang, Senin (3/10/2022).
Menurutnya karena tragedi yang terjadi merupakan sebuah peristiwa kemanusiaan, maka dari itu pihaknya berkoordinasi dengan beberapa institusi lain, di antaranya Komnas HAM dan LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban). Selain itu, dirinya juga mendesak pemerintah untuk melibatkan komunitas Aremania dalam mengumpulkan fakta.
Andy juga menegaskan bahwa Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dan Kapolres Malang harusnya meminta maaf dan mundur dari jabatan. Belum lama ini, pihak Polri melalui Kadiv Humas Irjen Pol Dedi Prasetyo mengumumkan bahwa AKBP Ferli Hidayat telah dicopot dari jabatannya sebagai Kapolres Malang.
Dalam kasus ini Federasi Kontras menyimpulkan, pihak kepolisian telah melakukan banyak kelalaian, mulai dari SOP pengamanan, tindakan represif yang berlebihan, hingga penggunaan gas air mata yang sebetulnya dilarang oleh federasi FIFA.
“KontraS prihatin dan mengutuk keras SOP yang dibilang Polri. Gas air mata tidak seharusnya digunakan pada pertandingan sepakbola. Kami menduga kuat bahwa gas air mata adalah sumber jatuhnya banyak korban,” tegas Andy.
“Aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah kerumunan massa di atas tribun. Di sana ada anak-anak, perempuan, dan orang-rang yang secara fisik memiliki kerentanan,” lanjutnya.
Pihak Aremania juga menilai perbuatan aparat keamanan yang menembakkan gas air mata ke area tribun adalah penyebab jatuhnya ratusan korban jiwa di pihak penonton, yang notabene tidak melakukan tindak anarkisme.
Hal lain yang membuat kondisi kian fatal, yaitu ditutupnya sejumlah pintu keluar stadion, sehingga terjadi penumpukan massa dan membuat ratusan penonton jatuh terinjak-injak. (MAS)