KOTA MALANG – malangpagi.com
Koridor Kayutangan Heritage terus berupaya mempercantik diri dengan melakukan pembangunan di sepanjang zona. Sejumlah pihak pun ikut menggeliatkan kegiatan di kawasan yang digadang-gadang sebagai Ibukota Malang Heritage ini.
Mulai dari Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) yang menangani infrastruktur, Dinas Lingkungan Hidup yang fokus pada lampu-lampu hias, Dinas Perhubungan yang mengurusi parkir, Disporapar dengan sajian musik, Dinas Koperasi dan Perdagangan yang mengurusi UMKM, hingga Satpol PP yang menangani keamanan dan ketertiban.
Namun banyaknya OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang bekerja tersebut menimbulkan kesan bahwa mereka berjalan sendiri-sendiri. Sehingga muncul pertanyaan dari sejumlah pihak. Apa sebenarnya gol dari Kayutangan Heritage ini?
Salah satu pihak yang memiliki pertanyaan tersebut adalah Ketua Pokdarwis Kampung Kayutangan Heritage, Mila Kurniawati. Dirinya masih menyimpan tanda tanya besar terkait konsep Kayutangan Heritage. “Sebenarnya golnya Kayutangan Heritage itu seperti apa?” ujarnya kepada Malang Pagi, Jumat (13/1/2023).
“Minimal suasana heritagenya muncul, jenis musik apa yang harus ditampilkan, atau kuliner jadul yang bagaimana yang ditawarkan, sehingga dapat menguatkan Kayutangan sebagai Ibukota Heritage,” beber Mila.
Pihaknya pun mengaku sebenarnya ingin duduk bareng dengan para OPD, sehingga paham konsep sebetulnya dari Kayutangan Heritage. “Golnya seperti apa? Apa sebatas banyaknya kunjungan, atau bagaimana?” tanyanya lagi.
Mila mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan audiensi dengan Komisi B DPRD Kota Malang guna menyuarakan unek-uneknya. “Pada saat audiensi, anggota legislatif malah bertanya kepada kami. Apa program Pemerintah Kota Malang tahun 2023 terkait Kayutangan ini. Dan terus terang kami tidak mengetahuinya,”ungkap Mila.
Diakuinya, memang terdapat perbedaan antara koridor Kayutangan dengan Kampung Kayutangan Heritage. “Jika koridor Kayutangan Heritage anggarannya berasal dari dana APBD, sedangkan Kampung Kayutangan Heritage berasal dari swadaya masyarakat dan bergantung pada kontribusi masyarakat,” terangnya.
Meskipun begitu pihaknya tetap optimistis. Pasalnya Kampung Kayutangan Heritage memiliki potensi yang dapat diunggulkan dan dijual. “Kami yakin, kekuatan dan potensi kami lebih besar. Di Kampung Kayutangan ada cerita sejarah tentang apa itu Kayutangan. Ada Pasar Krempyeng, ada buah tangan khas Kayutangan yaitu kue Ontbitjkoek, dan ada musik keroncong,” bebernya.
Selain itu, pihaknya juga mulai menawarkan pembuatan batik dengan media papan kayu yang dapat dibawa pulang, dan ada berbagai pengembangan-pengembangan yang menguatkan identitas Kayutangan sebagai Ibukota Heritage.
Pihaknya berharap, Pemerintah Kota Malang dapat memberikan edukasi kepada masyarakat terkait program-program yang akan diwacanakan. Pokdarwis Kampung Kayutangan Heritage mengaku siap menjembatani, sehingga tidak akan ada kecemburuan antara koridor Kayutangan dengan Kampung Kayutangan Heritage. (Har/MAS)