KOTA MALANG – malangpagi.com
Musibah banjir yang melanda beberapa titik Kota Malang pada Selasa (5/1/2021) lalu menuai tanggapan dari beberapa pihak.
Salah satunya datang dari founder Gerakan Kesadaran Alamku Hijau, Fitri Harianto, ST. Dari pantuannya, banjir di sejumlah kawasan di Kota Malang tidak lepas dari kesalahan tata ruang.
Pria yang akrab di panggil Cak Ndan itu menyampaikan, saat ini fungsi drainase yang sejatinya untuk mengalirkan kelebihan air dari satu tempat ke tempat lain banyak yang tertutup bangunan beton di atasnya. Sehingga, saat hujan lebat dipastikan air tidak bisa masuk ke dalam saluran drainase.
“Di sepanjang Jalan Soekarno Hatta dan Jalan Borobudur, seperti yang diketahui bersama, banyak ruko-ruko yang dibangun di bantaran sungai. Kondisi tersebut membuat banyak sungai yang menyempit saat hujan deras. Sehingga tidak mampu menampung debit air dalam jumlah besar,” tuturnya.
Cak Ndan juga mengatakan, bangunan-bangunan tersebut tetap berdiri di daerah terlarang, seperti di sempadan sungai. Selama 10 tahun terakhir, Pemerintah Kota Malang dianggap sebagai penjara ekologi.
Kebijakan justru bertentangan sebagai prinsip lingkungan, seperti alih fungsi sejumlah ruang terbuka hijau (RTH). Selain itu, penyebab banjir di Kota Malang juga dikarenakan jumlah RTH yang ada makin menyusut, dan penataan taman kota hanya sebatas kosmetik.
“Dampak terjadinya banjir kemarin lusa (Selasa, 5/1/2021) sangatlah luar biasa. Banyak Genangan di beberapa titik. Masyarakat hampir tidak bisa beraktivitas. Tentunya ini terjadi karena kesalahan kita bersama,” ujarnya melalui video yang diterima redaksi Malang Pagi, Kamis (7/1/2021).
Pria yang aktif sebagai pelestari lingkungan itu, mengimbau kepada Pemkot Malang melaui Dinas PUPR agar mengkaji ulang penerapan Perda No. 04 Tahun 2011 tentang tata ruang.
“Karena Perda tersebut terbit tahun 2011 dan digunakan sampai tahun 2030. Jadi pelaksanaannya sudah 10 tahun. Tapi kok tiap tahun masih ada banjir,” tutur Cak Ndan.
“Tentunya yang perlu jadi pehatian bersama, yaitu munculnya bangunan-bangunan di sempadan sungai. Karena bisa berakibat kelebihan debit air di aliran sungai sehingga meluber. Jadi, permasalahan banjir di Kota Malang bukan hanya disebabkan karena sampah saja,” tandas pria yang juga menjabat sebagai Ketua Baskomas (Bantuan Sosial Komunikasi Masyarakat) itu.
Reporter : Doni Kurniawan
Editor : MA Setiawan