KOTA MALANG – malangpagi.com
Jenderal Kaki Lima, itulah julukan yang disematkan kepada Haji Saguanto. Sebutan tersebut karena usaha Tailor Saguanto yang dimilikinya menyasar konsumen eksklusif, sekelas Jenderal hingga Presiden.
Tak sedikit perwira menengah dan tinggi di Mabes TNI serta Pasukan Pengawal Presiden juga mengenakan seragam made in Tailor Saguanto. Tidak banyak yang mengira, pakaian yang dikenakan para pembesar negeri tersebut diproduksi oleh pengusaha asal Malang.
Saguanto, sosok yang humble dan murah senyum ini memulai usahanya dari jual beli barang bekas perlengkapan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), yang dirintis sejak 1970an.
“Awalnya pada 1977, saya mengambil alih kios jahit yang ditekuni mertua, Bapak Haji Abdullah. Selain menerima jahitan, beliau juga mereparasi topi laken koboi buatan luar negeri, dan memproduksi bendera merah putih,” ungkap Saguanto kepada Malang Pagi, Minggu (6/3/2022).
Dirinya pun menceritakan usaha sang mertua yang berdiri sejak 1950. Berawal dari kios jahit bertempat di kawasan Pasar Besar Kota Malang, yang kemudian berpindah di rumahnya, di kawasan Kotalama.
Saat Pasar Besar direnovasi pada 1970, Haji Abdullah kembali membuka kios jahitnya di lantai dua. Setelah Haji Saguanto menjadi nahkoda, usaha kolaborasi dengan sang mertua itu pun semakin menunjukkan jati dirinya.
Pria kelahiran 26 Februari 1952 itu kini menuai hasil kerja keras tanpa mengenal putus asa. Dengan memegang prinsip mengutamakan kualitas daripada mengejar kuantitas, usahanya pun makin berkembang.
Saking banyaknya konsumen, suami dari Hajah Solihah itu pun akhirnya memilih untuk menempati tempat yang lebih strategis. Maka pada 1988, Tailor Saguanto pindah ke Jalan KH Zainul Arifin No. 32 Kota Malang.
Dengan tetap menjamin kualitas produknya, usaha ayah dari Taufiq Saguanto, Ila Saguanto, dan Nisa Saguanto tersebut tetap digemari para pelanggan. Tidak berlebihan, jika Tailor Saguanto, baik yang di Kota Malang maupun di Jakarta, menyandang predikat sebagai salah satu tailor militer terbaik di Indonesia.
Saat pandemi Covid-19 melanda dan banyak pengusaha gulung tikar, Tailor Saguanto tetap berkibar, karena tetap memegang teguh efisiensi dan terus membaca peluang pasar baru, bahkan yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya.
Onak berduri dan jalan berliku sudah dilewati. Inspirasi dari sang mertua, Haji Abdullah, adalah pemberi kekuatan sehingga bendera Tailor Saguanto terus berkibar hingga saat ini.
Mesin jahit pertama yang digunakan untuk memulai usahanya pun masih disimpan, dan dijadikan aset serta penanda berdirinya Tailor Saguanto.
“Mesin jahit tersebut masih terpajang gagah di sudut Tailor Saguanto sebagai memorabilia. Dan itu adalah sejarah, agar orang tahu bahwa kami punya sudut memorabilia barang antik yang pernah digunakan di tailor kami,” imbuhnya.
Meskipun Saguanto kini tidak lagi muda, sosok humanis ini masih tetap menyalurkan hobinya bersepeda, dan selalu memegang prinsip pantang menyerah dalam hidupnya. (Har/MAS)