KOTA MALANG – malangpagi.com
“Asli shock banget!!! Lagi nonton Little Angel terus tiba-tiba iklannya gini, astaghfirullah … ini film anak-anak lho.”
Begitu kutipan sebuah status Whatsapp yang beredar di jagad maya, terkait beredarnya iklan ‘Sindu – Aku Bukan Homo’ di sela-sela konten video musik anak-anak di Youtube Kids pada 9 September 2021 lalu.
Atas kebobolan iklan yang meresahkan masyarakat ini, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) turun tangan. Meskipun diketahui kanal Youtube yang menyebarkan iklan tesebut sudah di-takedown [dihilangkan dari peredaran].
Menurut sumber dari CNNIndonesia, Komisioner Partisipasi Anak KPAI, Jasra Putra mengatakan pihaknya akan mendalami konten di platform tersebut. Karena jika ditemukan mengandung konten negatif atau pornografi, maka tugas Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) untuk menurunkan video itu dari internet.
Warganet pun riuh atas adanya iklan bermuatan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) itu, dan meminta pihak Youtube untuk segera memblokir akun Sin23, yang mengunggah video tersebut.
Oktarika Adysti, seorang aktivis perempuan Kota Malang, berpendapat bahwa beredarnya iklan terbut adalah sebuah kelalaian yang tidak bisa dimaafkan.
“Pihak Youtube Kids seharusnya menyaring konten iklan yang akan ditayangkan. Iklan tersebut memang hanya satu menit, namun dapat menimbulkan dampak psikologis hingga dewasa. Apalagi iklan tersebut muncul sebelum lagu anak-anak,” ujar Okta.
Dirinya berharap pemerintah segera tanggap menangani kasus ini, dan memberi penalti agar kelalaian seperti ini tidak terulang kembali.
“Terlalu dini untuk mengenalkan hal tersebut ke anak-anak. Karena di usia mereka gambar atau visual lebih mudah terekam di memori. Tidak selayaknya tayangan tersebut muncul di kanal untuk anak,” tambah ibu dua anak itu.
Okta iklan ‘Sindu – Aku Bukan Homo’ sangat meresahkan. Apalagi iklan di kanal anak-anak biasanya tidak dapat di-skip (dilewati). Walaupun alih-alih sebuah imbauan, konsep video tidak seharusnya disampaikan secara vulgar.
“KPI pun seharusnya bisa lebih peka untuk menyaring konten yang beredar di iklan Youtube. Video animasi tidak semuanya layak dikonsumsi oleh anak-anak,” tutup perempuan yang juga berprofesi sebagai entertainer dan content creator itu. (TnT/MAS)