KOTA MALANG – malang pagi.com
Konsulat Jenderal (Konjen) Jepang Surabaya, Takeyama Kenichi, memimpin upacara penghormatan dan berdoa di Monumen Jepang, yang berada di Koeboeran Londo, Jalan S Supriadi No. 38 Sukun, Kota Malang, Minggu (16/10/2022).
Upacara tersebut berlangsung khidmat meskipun dengan undangan terbatas. “Kami sengaja membatasi peserta yang hadir karena masih dalam situasi pandemi. Mudah-mudahan tahun depan lebih banyak pesertanya,” ucap Takeyama kepada Malang Pagi.
Pria humble dan murah senyum itu menyampaikan bahwa upacara penghormatan dan doa di Monumen Jepang merupakan agenda rutin setiap tahun. “Jadi setiap tahun saat musim gugur, tepatnya pada Oktober, kami mengenang warga Jepang yang meninggal dan dimakamkan di pemakaman ini,” terangnya.
Monumen Jepang didirikan pada 1982 atas kerja sama antara sejumlah warga Jepang yang pernah tinggal di Jawa Timur dengan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta dan Konsulat Jepang di Surabaya. Di mana keluarga dan teman-teman mereka dimakamkan di Koeboeran Londo Malang. “Kami berterimakasih karena hubungan Jepang dengan Indonesia terjalin dengan baik. Harapan kami tradisi berziarah terus dijalankan,” ujar Takeyama
Sementara itu, Kasemin selaku Koordinator Pengelolaan Pemakaman Umum TPU Sukun [nama resmi dari Koeboeran Londo] mengatakan bahwa tradisi upacara penghormatan ini telah dilakukan sejak lama. “Dari 1992 saat saya bekerja di sini, upacara dari Konsulat Jepang sudah dilaksanakan. Baru pada 2020 ditiadakan karena pandemi. Sedangkan di 2021 tetap terselenggara, namun hanya dihadiri dua orang saja dan waktunya cukup singkat,” bebernya.
Kasemin yang sudah mengabdi selama 30 tahun itu juga menuturkan, di Koeboeran Londo ini dimakamkan sekitar 50 warga Jepang, baik sipil maupun militer. “Melalui kegiatan penghormatan kepada leluhur Jepang ini, kami berharap dapat terus memupuk perdamaian antara Jepang dan Indonesia,” harap Kasemin.
Pendapat serupa disampaikan Kepala UPT Pengelolaan Pemakaman Umum Kota Malang, Subaedi yang mengapresiasi agenda tahunan ini. “Kegiatan sangat bagus, karena tujuan saya adalah membangun komunikasi. Jadi mereka saya layani dengan full time, meskipun koordinasi kami hanya melalui WhatsApp. Ternyata dari Konjen sangat puas dengan pelayanan yang kami berikan,” tutur Subaedi.
Kegiatan ini pun diharapkan mampu menjadi sarana membangun komunikasi, dan ke depan pihaknya akan menggandeng FKTKLH (Forum Komunikasi Tata Kelola Lingkungan Heritage) untuk bersilaturahmi ke Konjen Jepang, guna membahas wacana kegiatan yang akan direncanakan tahun berikutnya.
“Selain itu, kami juga akan mempublikasikan melalui media sosial, agar masyarakat mengetahui bahwa di Koeboeran Londo ada Monumen Jepang,” tandas Subaedi. (Har/MAS)