KOTA MALANG – malangpagi.com
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-109 Kota Malang, Walikota Malang Sutiaji mencanangkan kemandirian, ketangguhan, dan keberlanjutan sebagai sebuah cita-cita yang diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat Kota Malang.
“Sesuai dengan tagline yang kami ambil dalam peringatan HUT ke-109 Kota Malang ini, bahwa ada kemandirian, ada ketangguhan, dan ada keberlanjutan. Harapannya ini sebagai moral force dan sebagai cita-cita yang dapat diwujudkan,” tutur Sutiaji, usai menghadiri Hatur Bhakti Luhur, Metri HUT ke-109 Kota Malang di Alun-Alun Tugu Kota Malang, Jumat malam (31/3/2023).
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, kemandirian yang dimaksud bukan hanya anggaran atau ketergantungan daerah dengan pusat. Menurut Sutiaji, sesungguhnya otonomi daerah itu membangun kemandirian daerah. “Namun makna mandiri itu adalah masyarakatnya juga mandiri. Ini berarti tingkat kesejahteraannya semakin bagus. Kemiskinannya harus turun, dan angka stunting juga turun,” tuturnya.
“Sedangkan tangguh bukan hanya di sektor ekonomi. Tapi jiwanya punya karakter, seiring arus budaya, arus akulturasi budaya, dan asimilasi budaya yang begitu gencar. Tetapi Malang adalah Kota Pendidikan, sehingga bagaimana karakter itu harus terbangun dengan baik,” imbuh orang nomor satu di Kota Malang itu.
Adapun makna dari berkelanjutan adalah pembangunan tidak boleh jalan di tempat. “Memaknai berkelanjutan itu jangan mempunyai rasa ego. Pemimpin saat ini mungkin sukses karena sudah dibangun oleh pemimpin sebelumnya. Ini adalah persoalan tersendiri, sehingga tidak ada kavling kepentingan,” jelas Sutiaji.
Dalam kesempatan tersebut, pejabat asal Lamongan ini merespons dan memberikan apresiasi kepada para seniman dan budayawan dalam acara Hatur Bhakti Luhur. “Di mana acara dilaksanakan di Alun-Alun Tugu yang merupakan simbol, bagaimana tegak lurusnya sebuah pendirian. Ini dibangun sebelum Monas, dan tidak banyak kota di Indonesia yang memiliki simbol tugu,” tuturnya.
Hatur Bhakti Luhur kali ini juga digelar dalam rangka memperingati seniman dan budayawan Kota Malang, Mbah Yongki Irawan, yang wafat pada 28 Maret lalu. “Sekaligus sebagai tetenger dan doa bersama bahwa kita memasuki ke-109 usia Kota Malang,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Sutiaji menyampaikan mendiang Mbah Yongki. “Jangan kau tangisi kepergian saya, tapi berkarya sesungguhnya. Ketika kamu berkarya, itu ada jiwa roh saya. Itu yang harus kita kuatkan. Sebagai bentuk penghormatan untuk almarhum, buku Nyai Putut karya Mbah Yongki nanti akan kami cetak,” tutupnya.
Acara ini dibuka oleh penampilan Panji Laras Svara, dilanjutkan dengan doa bersama dan Tumpengan Gembul Bujono, kemudian diakhiri dengan prosesi penanaman pohon Jampingan. (Har/MAS)