
KOTA MALANG – malangpagi.com.
Gereja Katolik Indonesia berduka atas berpulangnya Mgr Fransiscus Xaverius Sudartanta Hadisumarta, O.Carm. Uskup yang lahir 13 Desember 1932 tersebut meninggal dunia di Jakarta di usianya ke 90 tahun, Sabtu pagi (12/2/2022).
Kabar duka tersebut membuat umat Katolik merasa kehilangan sosok teladan. Duka mendalam sangat dirasa semua pihak, salah satunya pendiri Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur (JKJT), Agustinus Tedja Bawana.
Menurut pria yang berkecimpung di dunia kemanusiaan itu, uskup Mgr FX Hadisumarta dikenal senantiasa memberi inspirasi dan motivasi.

“Ada hal yang bikin terharu saat meninggalnya Mgr FX Hadisumarta. Yakni semasa hidup almarhum pernah berpesan, ketika meninggal dunia Ia ingin jenazahnya dilewatkan jalur darat,” pungkas pria yang akrab disapa Ayah Tedja itu.
Keinginan tersebut bukan tanpa alasan. Menurut informasi dari salah satu romo, almarhum ingin diperlakukan sama seperti romo lainnya, meskipun statusnya sudah uskup dan pernah menjadi Ketua Wali Gereja Indonesia.
“Tentu mendengar cerita seperti itu, kami tak kuasa menahan linangan air mata. Almarhum memang dikenal sebagai sosok pelayanan berjiwa besar,” ungkapnya.
Pria berambut gondrong itu pun menyampaikan ucapan terimakasih kepada mendiang Mgr FX Hadisumarta, atas pelayanan dan penggembalaannya sebagai uskup di Keuskupan Malang, uskup di Keuskupan Sorong-Manokwari, Ketua KWI, Dosen Kitab Suci, dan Pembimbing rohani serta pastoral.
Pada Selasa (15/12/2022) lalu, JKJT melakukan penyambutan jenazah Mgr FX Hadisumarta di Gereja Katedral Ijen. Selanjutnya bersama umat Katolik yang hadir, mereka turut mengikuti upacara ibadah arwah. JKJT juga melakukan proses Misa Requiem hingga upacara pemakaman jenazah.
“Rencananya setelah dilakukan upacara Misa Requiem di Gereja Katedral Ijen, akan dilanjutkan dengan upacara pemakaman di TPU Nasrani Kota Malang pada Kamis pagi (17/2/2022),” ungkap Ayah Tedja, Selasa (15/2/2022).
Dalam kesempatan ini, dirinya juga melontarkan sikap kekecewaannya atas sikap Walikota Malang. Ayah Tedja menyebut bahwa sebagai kepala wilayah, Walikota kurang memiliki rasa empati dan hormat kepada tokoh-tokoh agama.
Siapa Mgr FX Hadisumarta?
Dilansir dari Katolik.com, Mgr Fransiscus Xaverius Sudartanta Hadisumarta, O.Carm, lahir pada 13 Desember 1932. Pada awalnya Ia bersama keluarga tinggal di Magelang. Namun pada 1949, ketika terjadi agresi militer Belanda kedua, dirinya bersama beberapa teman, termasuk YB Mangunwijaya [Romo Mangun], mengungsi ke Malang.
Di Malang, Hadisumarta masuk SMA St. Albertus, di mana Ia terpanggil untuk menjadi imam. Pada waktu tersebut, mayoritas klerus berasal dari Ordo Karmelit, yang membuat dirinya turut serta masuk novisiat Ordo Karmel pada 1952, dan kemudian mengucapkan kaul pertama 16 Juli 1953.
Hadisumarta ditahbiskan menjadi imam pada 12 Juli 1959 di Malang. Pastor Hadisumarta merupakan imam yang ahli dalam bidang tafsir kitab suci, dengan dasar pendidikan di Seminari Tinggi Malang, kemudian belajar tafsir Kitab Suci di Roma dan Yerusalem.
Pada 1966, Pastor Hadisumarta sempat mengalami kecelakaan di kawasan perkebunan karet, cukup jauh dari kota Pematang Siantar, Sumatra Utara. Yang menyebabkan dirinya tidak sadarkan diri selama dua bulan.
Setelah kecelakaan tersebut, Pastor Hadisumarta dirawat di rumah sakit di Pematang Siantar dan di Medan, sebelum kemudian dirawat selama tiga bulan di Nijmegen, Belanda, dan menjalani pemulihan selama enam bulan di Bonn, Jerman.
Setelah pulih, Pastor Hadisumarta meneruskan tugasnya mengajar di Seminari Tinggi Pematang Siantar dan kemudian di Seminari Tinggi Malang. Selama menjadi imam, Ia juga menjadi Provinsial Ordo Karmelit di Indonesia.
Hadisumarta ditunjuk menjadi Uskup Malang pada 1 Maret 1973, bertepatan dengan dikabulkannya permohonan pengunduran diri Mgr Antoine Everardo Jean Avertanus Albers, O.Carm oleh Paus Paulus VI.
Tahbisan uskup berlangsung pada 16 Juli 1973, di halaman tengah susteran Ursulin Cor Jesu, Malang.
Dalam penahbisan tersebut, Uskup Agung Semarang Justinus Kardinal Darmojuwono menjadi Penahbis Utama, dan bertindak sebagai Uskup ko-konsekrator adalah Uskup Surabaya Mgr Jan Antonius Klooster, C.M. dan Uskup Agung Jakarta, Mgr Leo Soekoto, S.J.
Pernah Menjabat Ketua KWI
Sejak 1979 hingga 1988, Uskup Hadisumarta menjadi Ketua Konferensi Waligereja Indonesia. Setelah itu, Ia ditunjuk menjadi Uskup Manokwari-Sorong pada 5 Mei 1988 oleh Paus Yohanes Paulus II.
Penunjukkan ini bukan menyatakan bahwa dirinya ‘dipindah’. Melainkan ‘menyediakan diri untuk dipindah’. Uskup Hadisumarta meninggalkan Malang pada 1 Juni 1988. Ia menjabat sebagai uskup Manokwari sampai 30 Juni 2003, dan masa jabatannya berakhir karena mengundurkan diri. Setelah pensiun, dirinya tinggal di Wisma Karmel, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Hingga akhir hayatnya, Mgr FX Hadisumarta aktif dalam menulis homili di situs Iman Katolik. Pada beberapa kesempatan, Ia turut bertugas dalam penerimaan Sakramen Penguatan, terutama di Keuskupan Agung Jakarta, serta bertugas secara periodik di Keuskupan Manokwari-Sorong. (Dk99/MAS)