
KOTA MALANG – malangpagi.com
Proyek pembangunan drainase di koridor Jalan Soekarno-Hatta (Soehat), Kota Malang yang digagas oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) tuai banyak sorotan. Pasalnya, proyek ini menimbulkan penurunan omzet bagi para pelaku usaha di sekitar lokasi.
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, menegaskan bahwa proyek ini merupakan kewenangan Pemprov Jatim, bukan proyek Pemerintah Kota (Pemkot) Malang.
“Ini proyek dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, bukan dari Pemerintah Kota. Anggarannya dari APBD Provinsi, dan pelaksananya pihak ketiga. Kami hanya memastikan pelaksanaannya berjalan sesuai kepentingan masyarakat Kota Malang,” jelas Wahyu, Rabu (29/10/2025).
Wahyu menjelaskan, proyek ini telah melalui proses sosialisasi dan kesepakatan bersama warga sejak awal pelaksanaan.
“Banyak proyek dari provinsi yang sejak awal sudah disosialisasikan. Warga dan pihak-pihak terkait sudah dikumpulkan, sudah menerima, dan siap untuk mendukung pelaksanaannya,” terang Wahyu.
Wahyu menyebut, sebelum pelaksanaan dimulai, pihak pelaksana telah melakukan komunikasi dengan para pengusaha yang terdampak proyek tersebut.
“Sebelum pembangunan dimulai, para pengusaha sudah bertemu dengan pihak pelaksana proyek. Mereka sepakat dan sudah ada kesepahaman bersama. Bahkan, ada kegiatan makan bersama sebagai simbol kesepakatan itu,” katanya.
Wahyu menilai dampak berupa kemacetan maupun penurunan aktivitas usaha selama masa pekerjaan merupakan hal yang wajar. Namun, lanjutnya, manfaat jangka panjangnya diyakini akan dirasakan oleh masyarakat setelah proyek tuntas.
“Daripada dibiarkan tanpa perubahan dan banjir terjadi setiap hari, tentu lebih baik ada tindakan. Setelah proyek selesai, banjir bisa teratasi dan masyarakat juga yang akan menikmati hasilnya,” ujarnya.
Wahyu menargetkan proyek drainase tersebut selesai pada akhir November 2025, sesuai dengan target awal yang telah ditetapkan.
“Kemarin saat saya sidak, saya minta agar pekerjaan dipercepat. Sekarang ada tiga tim yang turun langsung. Kalau dulu hanya satu tim, tentu akan lebih lama,” tegasnya.
Sementara itu, Dewi, salah satu karyawan Warung Nasi Bu Win Suhat, mengungkapkan bahwa usaha tempatnya bekerja mengalami penurunan penjualan hingga lebih dari 75 persen sejak proyek drainase dimulai.
“Saat awal pembongkaran masih bisa dilewati. Tapi setelah dibongkar total, aksesnya ditutup dan cuma dikasih satu jembatan kecil dari kayu. Orang jadi takut lewat karena jembatannya tidak layak,” keluhnya.
Dewi menuturkan, sebelum proyek dimulai, warung tersebut kerap dipenuhi pembeli, terutama mahasiswa yang membeli sarapan sejak pagi hari. Namun kini, penjualan offline menurun drastis.
“Biasanya bisa melayani sampai 50 pembeli, sekarang paling 10 orang. Untungnya masih ada pesanan lewat online, itu yang bantu sedikit,” katanya.
Ia berharap pengerjaan proyek segera diselesaikan agar aktivitas usaha di kawasan Soehat kembali normal.
“Semoga cepat selesai, soalnya kalau hujan air sering meluap, tanah jadi becek, dan warung kotor semua. Jadi kerja dua kali,” tutupnya. (YD)















