
KABUPATEN MALANG – malangpagi.com
Pelatihan Program Operator Budidaya Catfish selama 140 jam latih, atau 18 hari yang bertempat di Workshop Intergrated Farming, desa Sumber Sekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang resmi berakhir pada Senin (7/12/2020).
Program tersebut terselenggara berkat kerjasama Pelatihan UPT Balai Latihan Kerja (BLK) Wonojati, berbasis kompetensi anggaran APBN-PNBP, Kejuruan Perikanan, dan SUB Kejuruan Budidaya.
Kepala seksi pelatihan dan sertifikasi UPT BLK Wonojati, Wahyoe Hendra Wijaya menyampaikan, di masa pandemi ini pihaknya memberikan alternatif pemecahan masalah. Tujuan utama agar masyarakat bisa berdaya. Sehingga masyarakat masih memperoleh penghasilan dan menopang ekonomi keluarganya.
“Salah satunya dengan Program Operator Budidaya Catfish yang kami gelar di desa Sumber Sekar ini. Peserta kita berikan kompetensi, dengan tiga hal yang harus dikuasai. Salah satunya, skill atau keterampilan menjadi pengusaha lele. Mulai menyiapkan kolam sampai memasarkannya,” tuturnya kepada Malang Pagi, Senin (7/12/2020).
Ia juga menambahkan, untuk menjadi seorang pengusaha lele , diberikan pihaknya memberikan beberapa teori sederhana.
“Attitude atau sikap juga sangat menentukan. BLK pun melakukan pembekalan tersebut untuk jadi calon wirausaha,” ujar Wahyoe.
“Setelah pelatihan ini usai, dampak positif akan dirasakan oleh para peserta. Meskipun pelatihan telah berakhir sarana, prasana seperti bio flog, kolam beserta ikannya, hingga pakannya kita tinggal. Harapannya, semua itu bisa dijadikan modal awal,” imbuhnya.

Di kesempatan yang sama, Founder Workshop Intergrated Farming, F. Harianto, ST yang akrab di sapa Cak Ndan menjelaskan sumber anggaran pelatihan yang berasal dari APBN-PNBP.
“Mulai dari sarana prasarana pelatihan, berupa 3 kolam yang terdiri dari 1 bio flog dan 2 kolam segi empat dari terpal. Selain itu peserta juga mendapat konsumsi, uang transport, alat tulis, baju seragam, serta materi berikut modulnya,” jelasnya.
Peserta awal diajarkan cara budidaya ikan tawar, mulai hulu sampai hilir. Selain itu juga pemijahan, pembenihan, pembesaran, sampai hasilnya diolah menjadi beragam produk seperti pentol, siomai dan beberapa produk olahan lainnya.
Menurut Cak Ndan, program pemberdayaan yang dilakukan di tempatnya itu merupakan swadaya masyarakat. Sebagai pendamping dirinya berharap kepada pemerintah daerah untuk menyisihkan anggaran pemberdayaan.
“Memang perlu pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan Namun harus diimbangi dengan SDM yang mumpuni. Sehingga infrastruktur yang dibangun dapat dimanfaatkan lebih optimal oleh masyarakat,” harapnya.
Dari pengamatan Cak Ndan, Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) Desa maupun Kelurahan yang ada di wilayah Malang Raya masih mengacu pada investasi infrastruktur. Sehingga sangat minim anggaran-angaran peningkatan ke masyarakat. Oleh karena itu perlu untuk dimaksimalkan.
“Masyarakat harus ada upgrade skill, agar mereka memiliki ketrampilan dan berdaya sebagai penyeimbang,” tutupnya.
Reporter : Doni Kurniawan
Editor : MA Setiawan