
KOTA MALANG – malangpagi.com
Memperingati Hari Guru Nasional tahun ini, mahasiswa angkatan kedua Modul Nusantara Inbound Universitas Muhamadiyah Malang (UMM) mengampanyekan ‘Stop Bullying’.
Seperti disampaikan Muhammad Hanif, mahasiswa asal Universitas Bosowa Makassar, Hari Guru merupakan momentum tepat dalam mewujudkan dunia pendidikan dan sekolah yang ramah anak. “Bullying adalah hal yang kejam dan merenggut kemerdekaan berekspresi orang lain, serta merupakan penjajahan secara mental dan fisik,” tuturnya, saat mengikuti peringatan Hari Guru Nasional 2022 di Universitas Muhammadiyah Malang, Jumat (25/11/2022).
Menurut Hanif, bullying atau perundungan harus dihapuskan sejak dini. “Peran guru harus dikuatkan untuk pencegahan terhadap bullying. Dengan mulai memperkenalkan kepada murid mengenai kebebasan dalam diri yang harus dipertahankan dan dipelihara, bukan untuk dijajah serta direnggut,” tegasnya.
Selain itu, dirinya menganggap peran guru dalam kampanye Stop Bullying ini sangat vital. “Pentingnya para guru untuk melihat peristiwa bullying bukan pada saat hal tersebut terjadi. Namun apa yang mendasari terjadinya bullying tersebut. Metode yang tepat dalam penanganan bullying tidak akan menghasilkan bullying lain,” beber Hanif
Pernyataan senada dikemukakan Prayogi Putra Deluhula, mahasiswa asal Universitas Sam Ratulangi Manado. Menurutnya, di Indonesia terjadi tren negatif pencegahan bullying dalam beberapa tahun terakhir. Peran guru dianggap mempunyai fungsi penting dalam hal ini.
Disebutkan Prayogi, data kasus bullying mencapai 30 hingga 60 kasus per tahun. Maka dari itu, menurutnya kementerian terkait harus memperhatikan masalah ini dengan serius. “Saya memahami, guru tidak hanya sebagai wadah proses transfer mentransfer ilmu. Tetapi lebih luas dari itu,” terangnya.
Untuk itu dirinya menyarankan, melalui peringatan Hari Guru Nasional, ke depannya guru harus lebih responsif dan permisif. “Guru harus benar-benar menjadi pengganti orangtua ketika di sekolah. Lebih luas lagi, Kemendikbudristek yang telah sukses membuat program Kampus Merdeka, dapat meluaskan cakupannya ke dalam merdeka mental dan merdeka karakter. Semoga perundungan habis ‘dirundung’ oleh kebaikan,” sebutnya.
Sementara itu, Dyah Worowirastri Ekowati, Dosen Prodi PGSD FKIP UMM Dosen Modul Nusantara UMM berharap, guru dapat terus belajar, berinovasi, dan melakukan pemutakhiran diri tanpa henti. “Guru yang belum tersertifikasi diharapkan terus meningkatkan kompetensinya, agar sesuai dengan standar yang diharapkan pemerintah dan tuntutan zaman,” harapnya.
Sedangkan untuk para guru yang sudah tersertifikasi, Dyah berharap dapat terus bergerak, membuat berbagai inovasi atau gebrakan nyata, sebagai pertanggungjawaban moral atas penghargaan yang diperolehnya. “Sehingga seluruh guru akan terus bergerak, serentak berinovasi mewujudkan kemerdekaan belajar,” terangnya
Lebih lanjut Dyah menjelaskan, sekolah dapat ditempatkan sesuai makna awalnya, yakni untuk bersenang-senang bagi semua anak bangsa. “Dengan demikian, hal-hal yang negatif, seperti bullying dapat diminimalisir. Mari bergandeng tangan, bersama mewujudkan sekolah yang nyaman bagi anak. Stop bullying pada anak dan guru adalah tanah yang subur untuk tumbuhnya generasi emas yang akan datang,” paparnya.
Paradigma yang disampaikan Mahasiswa Modul Nusantara sudah sejalan dengan tema Hari Guru Nasional 2022, yakni ‘Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar’. Di mana guru harus bergerak bersama secara serentak dalam berinovasi. Mampu memberi teladan yang baik bagi siswa dan menjadi motivator unggul, serta sebagai pendorong yang kuat dalam kemajuan siswa.
Peringatan Hari Guru Nasional 2022 di kampus UMM ini dihadiri seluruh civitas akademika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM, para mahasiswa S1 maupun Pendidikan Profesi Guru, dan mahasiswa angkatan kedua Modul Nusantara inbound UMM. (Har/MAS)