KOTA MALANG – malangpagi.com
Sambungan dari bagian 1
Kesuksesan yang diraih Kepala Sekolah SDN Bandulan 3 Kota Malang, Supriyatin, S.Pd M.Pd tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kepada Malang Pagi, perempuan berhijab ini menceritakan kisah kelam dalam hidupnya, yang menjadikan lecutan baginya menjadi manusia yang berguna.
Supriyatin terlahir dari keluarga sangat sederhana, bahkan bisa dibilang kekurangan. Saat memasuki kelas dua Sekolah Dasar. sang ibu sempat menyuruhnya berhenti sekolah. Dirinya menolak permintaan tersebut. Hati kecilnya bergolak. Supriyatin kecil bersikeras untuk tetap meraih cita-citanya.
Ia pun memohon pada Ibunya. Berjanji tidak akan meminta apa-apa, asalkan tetap diizinkan bersekolah. Melihat tekad si buah hati, sang Ibu pun luluh. Supriyatin akhirnya meneruskan pendidikannya, dan berhasil menyelesaikan studinta di SDN Sekarpuro, dilanjutkan ke SMP Negeri 10 Malang.
Lulus SMP, Supriyatin pun melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) PGRI. Hingga saat akan melanjutkan jenjang ke sekolah yang lebih tinggi, ayahnya menyerah, tidak mampu lagi membiayai sekolah anaknya.
Tak kenal putus asa, Supriyatin meyakinkan kedua orang tuanya, Pak Sarnam dan Bu Bainah, bahwa dirinya akan membantu mencetak batu bata untuk membayar sekolah. Demi menggapai cita-cita, hari-hari berikutnya Ia lalui dengan penuh kerja keras.
Kemiskinan tidak membuat Supriyatin rendah diri dan patah arang. Kondisi tersebut malah dijadikannya sebagai pelecut untuk mengangkat martabat keluarga.
“Jangan heran ya, Mbak. Jika tangan saya kasar dan gempal karena sering mencetak batu bata, dan kaki saya juga besar karena biasa mengayuh sepeda,” seloroh Supriyatin saat ditemui Malang Pagi di ruang Kepala Sekolah SDN Bandulan 3, Jumat (28/5/2021).
Semangat pantang menyerah merasuk kuat dan terus berlanjut hingga dirinya menyelesaikan pendidikan Diploma (D2) IKIP PGRI Malang dan melanjutkan Sarjana (S1) di Universitas Negeri Malang. Tidak sampai di situ Supriyatin pun melanjutkan pendidikan Magister (S2) di Universitas Negeri Malang.
Menjadi guru untuk menebus impian sang ayah
Menjadi guru adalah cita-citanya sejak kecil. Supriyatin ingin menggantikan mimpi sang ayah yang tidak lolos menjadi guru, akibat ijazah yang dikatakan sobek saat pendaftaran.
Perjuangan panjang dan berliku, kini ditebus kebahagiaan. Istri dari Samsul Anam, S.Pd dan ibu dari dua putri, Sandiyati Perdhani Eka Putri, S.Pd (yang saat ini juga menjabat Kepala Sekolah TK Pelita Hati) dan Alya Athasyifa Izza Amanina merasakan buah manis dari getirnya kehidupan.
Kini Supriyatin yang tidak pernah meninggalkan Salat Duha ini telah melaksanakan ibadah umroh, serta sudah tercatat sebagai calon peserta Haji dan tinggal menunggu waktu keberangkatan.
Reporter : Hariani
Editor : MA Setiawan