KOTA MALANG – malangpagi.com
Medan yang dilalui begitu sulit untuk sampai ke kediaman Mak Tatik, seorang duafa renta yang tinggal seorang diri, harus menuruni puluhan anak tangga.
Rumah reyot yang selama ini ditinggali di Jalan Gadang Gang XIV RT 03 RW 02 Kelurahan Gadang Kecamatan Sukun Kota Malang ini hanya terbuat dari triplek dan kayu. Kondisinya sangat mengenaskan, beralas tanah, beratap seng dengan tiang penyangga dari bambu yang rapuh dan hampir roboh.
Belum lagi aroma bau tidak sedap yang menyeruak di sekitarnya. Diperparah dengan lokasi rumah berukuran 4×6 meter yang terletak di lahan curam di sempadan sungai Brantas, membuat hati teriris melihat keadaan memprihatinkan ini.
Seulas senyum tersungging di wajah renta Bu Tatik, kala mengetahui rumahnya akan dirobohkan dan dibangun menjadi hunian yang lebih layak, melalui program Bedah Rumah, Minggu (13/6/2021).
“Perasaan saya bahagia, maturnuwun Anda semua sudah membantu saya,” ucap Mak Tatik penuh kebahagian saat ditemui Malang Pagi.
Perempuan 60 tahun itu tergolek tak berdaya karena kakinya tidak dapat digerakkan. Beruntung masyarakat sekitar membantu dan pihak Puskesmas Gadang setiap hari memberi makanan.
“Kami menemukan Mak Tatik sudah setahun yang lalu. Berawal saat komunitas kami susur Sungai Brantas,” ungkap founder sekaligus Ketua Umum Bantuan Sosial Komunikasi Masyarakat (Baskomas), F Harianto.
“Keadaan Mak Tatik yang memprihatinkan dan tinggal seorang diri tanpa sanak saudara dan anak, membuat kami pun mengajukan agar beliau dapat tinggal di panti yang dikelola Dinas Sosial, namun beliau tidak berkenan tinggal di Panti Jompo,” terangnya.
Pria yang akrab dipanggil Cak Ndan itu menambahkan, pihaknya lantas mengajukan pola Bedah Rumah ke Pemerintah Kota. Di mana syarat dan ketentuan bedah rumah adalah lahan tanah harus milik sendiri. “Di sini kami menemukan kesulitan. Karena tanah yang ditinggali Mak Tatik adalah milik orang lain,” jelasnya.
Diceritakan pula, rumah yang ditinggali Mak Tatik sempat roboh saat musim penghujan. Berkat kesigapan dari Baskomas, tiangnya dibenahi sembari menunggu musim kemarau untuk membedah rumah tidak layak huni tersebut.
“Bersama lintas komunitas saling bersinergi dan berkoordinasi dengan Dandim 0833 akhirnya rumah Mak Tatik dapat kita eksekusi,” imbuhnya.
Kegiatan Bedah Rumah ini dihadiri oleh Wakil Walikota Malang, Sofyan Edi Jarwoko dan Komandan Kodim 0833, Letkol Arm Ferdian Primadhona. Selain itu juga diikuti sejumlah komunitas, relawan, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Malang, dan elemen masyarakat lainnya.
“Terima kasih kami sampaikan kepada semua yang hadir. Karena di sini ada tujuan mulia, yaitu membedah rumah yang tidak layak huni. Utamanya kami ucapkan terima kasih kepada Bu Endang, selaku pemilik tanah yang mengizinkan Mak Tatik untuk menempati rumah ini hingga akhir hayat,” ucap Wakil Walikota saat memberikan sambutan.
Orang nomor dua di Kota Malang yang akrab dipanggil Bung Edi itu menekankan, bahwa rumah Mak Tatik sempat viral di Facebook. Setelah dicek, ternyata Mak Tatik sudah mendapat layanan dari program-program pemerintah, seperti Jaminan Kesehatan Nasional (Jamkesmas).
“Rumah Mak Tatik memang tidak layak huni. Beliau akan ditempatkan di panti oleh Pihak Dinas Sosial, namun ditolak. Kemudian akan dibedah rumah oleh Pemerintah Kota, tetapi tidak memenuhi syarat. Sehingga atas inisiasi Baskomas berkoordinasi dengan Komando Kodim 0833, serta dibantu Baznas, program Bedah Rumah dapat terlaksana hari ini, yang pelaksanaannya dilakukan unsur Pemerintah dari Kelurahan” papar pria berkacamata ini.
Lebih lanjut ia menekankan, pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara bersama-sama. Berkaca dari kasus Mak Tatik, unsur pemerintah, relawan, komunitas, dan masyarakat dapat bersinergi saling bahu-membahu.
“Secara nyata, pengentasan kemiskinan harus dilaksanakan secara bareng-bareng. Bu Tatik dipinjami tanah Bu Endang. Untuk air bersih diberikan oleh tokoh masyarakat, Pak Dayat. Bedah Rumah dikerjakan oleh relawan dan komunitas. Oleh karena itu, saya dan Pak Dandim memberikan support luar biasa,” tegas Edi.
Hal senada juga diungkapkan oleh Komandan Kodim 0833, Letkol Arm Ferdian Primadhona. “Terima kasih kepada semua pihak atas segala bantuan, baik materi maupun tenaga. Semoga ke depan kita dapat terus bersinergi dalam rangka pengentasan kemiskinan,” ujarnya.
Peristiwa mengharukan terjadi di tengah acara. Tokoh masyarakat setempat, Pak Dayat secara spontan datang merangkul Wawali dan Dandim sembari menangis sesengukan. Ia mengaku sangat terharu, karena pejabat teras Kota Malang telah sudi meninjau wilayahnya, yang bisa dikatakan kumuh.
“Untuk hari ini kita akan melakukan pembongkaran dan pembersihan lokasi. Pembangunannya sendiri mulai besok, dengan mendirikan rumah semi permanen dan ukurannya tetap 4×6 meter,” tutur Cak Ndan
Pembangunan akan dikebut maksimal 7 hari. Pasalnya Mak Tatik saat ini tinggal di Hunian Sementara (Huntara), di tenda yang didirikan oleh relawan.
“Mudah-mudahan kegiatan ini menjadi embrio. Karena saya yakin di bantaran sungai masih banyak Mak Tatik dan Pak Santoso lain yang hidup di garis kemiskinan,” harapnya.
Cak Ndan menambahkan, kegiatan ini dilaksanakan atas swadaya masyarakat. Jadi tidak menutup kemungkinan jika nantinya ada masyarakat akan menyumbang, baik material bangunan, sembako, atau tenaga.
Dalam kesempatan itu, dilakukan pemberian bantuan secara simbolis oleh Wakil Walikota, diikuti pembongkaran tiang Bu Tatik.
Program Bedah Rumah yang dilaksanakan oleh Baskomas dan Komandan Kodim 0833 merupakan kegiatan kedua kalinya. Sebelumnya dilaksanakan di Kediaman Bapak Santoso, warga Kampung Putih Kelurahan Klojen yang juga tinggal di bantaran Sungai Brantas. Pak Santoso hidup di garis kemiskinan serta memiliki anggota keluarga penyandang disabilitas.
Reporter : Hariani
Editor : MA Setiawan