KOTA BATU – malangpagi.com
Upaya pelestarian tradisi dan budaya dalam rangka meningkatkan kecintaan terhadap warisan leluhur dan nenek moyang dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya seperti yang dilakukan Perkumpulan Perempuan Sanggul Nusantara bersama dengan Komunitas Perempuan Sanggul Kebaya Mbois Malang Raya di Kelurahan Ngaglik, Kecamatan Batu, Kota Batu, Sabtu (12/6/2021).
Kunjungan formal tersebut berupa pemberian sumbangan sejumlah pakaian kebaya lengkap dengan jarik kepada pelaku seni budaya di Kelurahan Ngaglik.
Kedatangan komunitas tersebut disambut oleh Ketua TP PKK Kota Batu, Wibi Asri Punjul Santoso, yang merupakan istri Wakil Walikota Batu, di dampingi Lurah Ngaglik, Edwin Yogaspatra Harahap.
Dalam kesempatan tersebut, Wibi mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan Perkumpulan Perempuan Sanggul Nusantara bersama dengan Komunitas Perempuan Sanggul Kebaya Mbois Malang Raya.
“Ini mengingatkan bahwa kami harus kembali mencintai budaya dan tradisi Jawa. Pakaian adat ketimuran harus kita jaga dan kita lestarikan. Kebaya dan sanggul itu busana agung dan anggun yang bisa membentuk kepribadian kita sebagai orang Jawa,” tutur Wibi.
Di kesempatan yang sama, Lurah Ngaglik mendapatkan penghargaan dari Perkumpulan Perempuan Sanggul Nusantara, atas dedikasi yang ditunjukkannya selama ini dalam melestarikan pakaian tradisional Jawa.
Penghargaan disampaikan langsung oleh Ries Handana selaku Ketua Perkumpulan Perempuan Sanggul Nusantara, yang datang langsung dari Surabaya bersama rombongan.
Edwin Yogaspatra Harahap telah membuat keputusan yang mewajibkan warganya mengenakan batik produksi kelurahan Ngaglik pada hari-hari tertentu.
“Di Kelurahan Ngaglik sudah terbentuk Lembaga Adat dan sudah melakukan Rembug Adat. Di mana nantinya lembaga ini yang akan bertanggungjawab terhadap kegiatan-kegiatan ritual adat istiadat, tradisi, serta menjaga warisan budaya kita,” jelas Edwin.
Pihak Kelurahan Ngaglik juga mengungkapkan rencananya untuk membuat wisata kampung Jawa. Nantinya, akan disediakan tempat bagi wisatawan untuk belajar aksara Jawa, permainan tradisional Jawa, dan budaya Jawa. Beberapa rumah juga siap disulap menjadi galeri batik, di mana wisatawan bisa berbelanja serta belajar membuat batik.
Sementara itu, Ries Handana dalam sambutannya menyampaikan, pelestarian tradisi melalui busana Jawa, terutama sanggul dan kebaya, merupakan upaya pemajuan kebudayaan, sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017.
“Dengan berbusana sesuai adat, sebagai orang Jawa kita dapat belajar tentang budi pekerti, sopan santun, adat istiadat Jawa. Sebagaimana pepatah Jawa, ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana. Untuk dihargai orang lain, tergantung dari apa yang kita bicarakan dan busana yang kita kenakan. Dengan berbusana Jawa, kita turut serta memajukan obyek-obyek pemajuan kebudayaan,” ujar Ries yang juga berprofesi di bidang arsitektur Jawa itu.
Di akhir acara, Ketua Komunitas Perempuan Sanggul Kebaya Mbois Malang Raya, Sany Repriandini menyampaikan bahwa kegiatan ini juga menghadirkan dengan pameran batik Ngaglik, fashion show, serta flashmob.
“Banyak kegiatan yang kami adakan. Di antaranya ikut memperingati hari besar nasional, kegiatan adat dan tradisi, serta mengikuti lomba kebaya,” ujar Sany.
“Kami juga sering mengikuti upacara di Balaikota Malang dengan memakai kebaya. Selain itu juga melakukan kunjungan edukasi ke komunitas-komunitas kebaya serta donasi ke korban bencana alam. Pemberian kebaya juga pernah kita lakukan di Kampung Budaya Polowijen, sebanyak 40 stel kebaya khusus untuk anak-anak dan remaja,” pungkasnya.
Reporter : Dodik, Tanto
Editor : MA Setiawan