Malang Pagi
  • BERITA
  • MALANG RAYA
  • EKONOMI BISNIS
  • OLAHRAGA
  • OTOMOTIF
  • OPINI
  • GAYA HIDUP
  • BERITA DUKA
No Result
View All Result
  • BERITA
  • MALANG RAYA
  • EKONOMI BISNIS
  • OLAHRAGA
  • OTOMOTIF
  • OPINI
  • GAYA HIDUP
  • BERITA DUKA
No Result
View All Result
Malang Pagi

Menyimak Koleksi Manik-Manik Museum Ganesya Malang. Bukti Kemajuan Peradaban Manusia

Manik-manik yang dipakai manusia pada era Megalitikum menjadi penanda bahwa orang sudah menjadikan batu sebagai sesuatu yang berharga.

by Red
21 Mei 2022
in Kabupaten Malang, Wisata
Bagikan Berita

Koleksi manik-manik di Museum Ganesya. Beragam warna, bahan, dan teknik pembuatan sebagai penanda peradaban manusia. (Foto: Hariani/MP)

KABUPATEN MALANG – malangpagi.com

Salah satu penanda kemajuan kebudayaan di zaman Megalitikum adalah penggunaan perhiasan berupa manik-manik. “Manik-manik itu bagian dari masa prasejarah. Pada zaman itu pula, manusia sudah menggunakan batu sebagai alat barter dan penunjuk status sosial,” ungkap pemandu Museum Ganesya (Gelar Indonesia Budaya), Ampri Bayu Saputra kepada Malang Pagi, Sabtu (21/5/2022).

Sebagai penunjuk kasta pada masa ini, ditengarai dengan semakin banyak seseorang memakai manik-manik, maka semakin tinggi pula strata sosialnya. “Manik-manik juga digunakan sebagai bekal kubur. Di mana ada keyakinan dari orang prasejarah, bahwa manik-manik memiliki fungsi religius. Jika dikenakan pada orang yang meninggal, maka dipercaya orang tersebut akan langgeng di alam surga,” jelasnya.

Ampri memaparkan, manik-manik yang dipakai manusia pada era Megalitikum menjadi penanda bahwa orang sudah menjadikan batu sebagai sesuatu yang berharga. “Hal menarik lainnya dari manik-manik, adalah mereka dapat menentukan batas usia seseorang,” terangnya.

Menurut kajian Indonesia Heritage, manik-manik menunjukkan simbolisasi umur seseorang dengan pengklasifikasian berdasarkan warna. “Untuk usia 15 hingga 25 tahun mengenakan manik-manik bewarna merah hitam. Untuk umur 25 hingga 30 tahun memakai manik-manik berwarna merah keunguan. Dan bagi mereka yang berusia 30 ke atas menggunakan manik-manik berwarna kuning,” urai Ampri.

Baca Juga :

Mengintip Ragam Permainan Tradisional di Museum Ganesya

Mengintip Ragam Permainan Tradisional di Museum Ganesya

7 Desember 2021
Inovasi Museum Ganesya Kenalkan Koleksi Sejarah Lewat Instagram Live

Inovasi Museum Ganesya Kenalkan Koleksi Sejarah Lewat Instagram Live

14 September 2021
Load More

Tidak hanya itu, keunikan manik-manik juga dapat dilihat dari proses pembuatannya, mulai yang sederhana hingga memiliki tingkat kerumitan tinggi. “Seperti manik-manik karang muda ini. Proses pembuatan cukup biasa. Orang prasejarah mengumpulkan karang yang masih muda, selanjutnya dipecah dan disusun dari yang terkecil hingga yang terbesar. Kemudian dilubangi dengan alat tajam yang terbuat dari batu atau tulang,” jelas Ampri.

“Manik-manik monokrom ini memiliki bentuk tidak teratur. Dan pada masa lampau dianjurkan untuk dikenakan oleh dukun guna menyembuhkan penyakit,” lanjutnya.

Ampri menyebut, manusia prasejarah juga telah mengkonfigurasi bahan pembuatan manik-manik dari bahan campuran, yang terbuat dari sulfur alam seperti belerang, lumpur, dan tanah. “Bahan-bahan tersebut dicampur dan diramu, kemudian dicetak menjadi manik-manik. Seperti manik-manik kuning sulfur ini, yang biasanya digunakan sebagai pelengkap upacara dan acap kali dipakai untuk menghalau penyakit,” bebernya.

“Tidak hanya itu, manik-manik kaca cermin juga mengalami proses pembuatan yang cukup pelik. Manik-manik jenis ini selalu berwarna monokrom, serta umumnya berusia tua dan penggunaannya hampir selalu bersamaan dengan upacara atau ritual tertentu,” tutur Ampri.

Tingkat kerumitan pembuatan inilah, lanjut Ampri, yang menjadikan manik-manik sebagai penanda tingkat sosial bagi si pemakai. Semakin tinggi tingkat kesulitannya, maka dapat dipastikan orang tersebut memiliki strata sosial yang tinggi pula.

Menurut Ampri, fungsi pokok yang terdapat pada manik-manik inilah yang menjadi penanda peradaban manusia. Melalui ragam warna, hasil, asal manik-manik, dan proses pembuatannya. “Ini menjadi salah satu bukti bahwa peradaban manusia pada masa Megalitikum sudah maju,” tegasnya.

Ampri mengatakan, konsepsi sosial pada masa prasejarah sudah terbentuk dan tidak sesederhana nilai dari sebuah manik-manik, baik berupa kalung maupun gelang. Tetapi manusia di zaman itu sudah menciptakan pranata melalui tanda, warnam dan kontinuitas.

“Intinya, masyarakat prasejarah sudah canggih dan heterogen. Bagaimana proses orang dahulu menciptakan tanda dengan sangat luar biasa. Menghargai alam dengan sangat baik dalam konteks kehidupan masyarakat dengan sangat baik,” jelasnya.

Cukup banyak koleksi manik-manik yang terpajang di Museum Ganesya ini. Di antaranya terdapat manik-manik polikrom Indo-Pasifik, manik-manik batu hablur biru, manik-manik kaca antik buram, manik-manik kaca merah hati, manik-manik tembikar, manik-manik kaca cereme Indo-Pasifik, dan manik-manik batu kornelian Jawa Timur.

Tidak hanya itu, museum budaya terbesar di Malang Raya yang berlokasi di Jalan Graha Kencana Raya, Karanglo Singosari Kabupaten Malang tersebut juga menyuguhkan koleksi lainnya. Mulai dari zaman Kerajaan Singosari, Majapahit, peradaban Islam, hingga cerita Panji. Bahkan, terdapat pula koleksi asli boneka Si Unyil lengkap dengan storytelling dan dipandu guide mumpuni. (Har/MAS)


Bagikan Berita
Tags: Manik-ManikMuseum Ganesya
ADVERTISEMENT

Related Posts

Libur Idul Adha, Ribuan Wisatawan Padati Kawasan Kayutangan Heritage Malang

Libur Idul Adha, Ribuan Wisatawan Padati Kawasan Kayutangan Heritage Malang

9 Juni 2025

...

Plagoo Privilege Club, Solusi Investasi Properti Bebas Repot untuk Warga Malang

Plagoo Privilege Club, Solusi Investasi Properti Bebas Repot untuk Warga Malang

4 Juni 2025

...

Kementerian PKP Sidak Grand Mutiara Kedungrejo Malang, Temukan Wanprestasi Pengembang

Kementerian PKP Sidak Grand Mutiara Kedungrejo Malang, Temukan Wanprestasi Pengembang

27 Mei 2025

...

Permasalahan Krisis Lingkungan TPA Supit Urang Mulai Temukan Titik Terang

Permasalahan Krisis Lingkungan TPA Supit Urang Mulai Temukan Titik Terang

22 Mei 2025

...

Di Balik Sanitary Landfill TPA Supit Urang, Ada Jeritan Tiga Desa Terdampak

Di Balik Sanitary Landfill TPA Supit Urang, Ada Jeritan Tiga Desa Terdampak

22 Mei 2025

...

Konsumen Rugi Miliaran, Kementerian PKP Tindaklanjuti Dugaan Penyimpangan di Perumahan Grand Mutiara Kedungrejo

Konsumen Rugi Miliaran, Kementerian PKP Tindaklanjuti Dugaan Penyimpangan di Perumahan Grand Mutiara Kedungrejo

20 Mei 2025

...

Stasiun Malang Dipadati Ribuan Penumpang Saat Libur Panjang Waisak

Stasiun Malang Dipadati Ribuan Penumpang Saat Libur Panjang Waisak

10 Mei 2025

...

Load More
Next Post
Refleksikan Hitam Putih Kehidupan, Sindhunata Kembali dengan Novel Anak Bajang Mengayun Bulan

Refleksikan Hitam Putih Kehidupan, Sindhunata Kembali dengan Novel Anak Bajang Mengayun Bulan

Antusias Kembali ke Stadion, Ratusan Aremania Borong Tiket di Texas Jodipaness Store

Antusias Kembali ke Stadion, Ratusan Aremania Borong Tiket di Texas Jodipaness Store

ADVERTISEMENT
  • Tentang Kami
  • Pedoman Siber
  • Redaksi

©2018 - 2024 Malang Pagi. Hak cipta dilindungi undang-undang.

No Result
View All Result
  • BERITA
  • MALANG RAYA
  • EKONOMI BISNIS
  • OLAHRAGA
  • OTOMOTIF
  • GAYA HIDUP

©2018 - 2024 Malang Pagi. Hak cipta dilindungi undang-undang.

× Chat Admin