KOTA MALANG – malangpagi.com
Keberagaman seni dan budaya merupakan kekayaan bangsa yang penting untuk memajukan bangsa Indonesia di tengah perkembangan dunia. Dalam agenda pertukaran mahasiswa, STIE Malangkucecwara menggelar kegiatan Modul Nusantara yang memperkenalkan kesenian tradisional dan kebudayaan berasal dari Malang, bertempat di Gedung Seminar H, Kampus STIE Malangkucecwara, Sabtu (24/09/2022).
Dosen Modul Nusantara STIE Malangkucecwara, Dwi Danisti Ekasari menyampaikan, dalam momen pertukaran mahasiswa dari berbagai daerah luar Jawa ini dirinya ingin memperkenalkan beragam budaya dan kesenian yang ada di Malang.
“Kegiatan Modul Nusantara merupakan agenda dari pertukaran mahasiswa dari berbagai mahasiswa luar Jawa. Kami ingin memperkenalkan terhadap generasi milenial tentang beragam seni dan budaya khususnya Malang,” ucapnya.
Dengan menggandeng sejumlah ABK (anak berkebutuhan khusus) binaan Ki Joko Rendy, mahasiswa dari luar pulau Jawa sangat antusias mempelajari dan memahami keberagaman seni dan budaya Malang. “Hal ini juga untuk mengangkat kehidupan ABK yang dipandang sebelah mata. Jadi kita tahu ABK ini punya kemampuan di balik keterbatasannya,” ujar Dwi Danisti.
Selanjutnya, Dwi berpesan agar kesenian dan kebudayaan unik yang ada di Malang ini tidak terkikis waktu, dan terus dipertahankan oleh generasi penerus bangsa. “Kesenian yang ada di Malang ini unik dan banyak sekali. Kami menyayangkan kondisi sekarang banyak milenial yang lebih tertarik oleh kesenian modern. Dengan Kegiatan Modul Nusantara ini, kami coba angkat dan promosikan lagi seni dan kebudayaan itu. Kami tunjukan pada generasi muda, bahwa kesenian dan kebudayaan ini harus kita jaga sebelum diambil oleh negara lain,” tutupnya.
Di tempat yang sama, Yeslika Gurubangun dari Universitas Prima Indonesia Medan merasa sangat senang dapat mengikuti program pertukaran mahasiswa ini. Dirinya mengaku sangat antusias saat diperkenalkan dengan seni dan budaya Malang.
“Banyak kesenian yang dapat kita lihat saat ini. Di dalam seni juga ada keindahan yang dapat kita nikmati, khusus yang baru saja kami lihat, yaitu tari topeng Malang. Ternyata banyak makna di balik tari topeng itu. Jadi berasa keren untuk mengenal dan mempelajari kesenian itu,” ucap Yeslika.
Selanjutnya, Ki Joko Rendy, selaku pembina para ABK sangat bersyukur atas keterlibatan anak didiknya dalam program Modul Nusantara tersebut. “Tentunya saya sangat bersyukur, khususnya karya anak-anak ABK tidak lagi dipandang sebelah mata. Terbukti dari beberapa pihak sudah mulai memanfaatkan hasil karya ABK, bukan karena belas kasihan,” ucapnya.
Dirinya berharap, ABK tidak hanya terlibat dalam kesenian semata, melainkan dari segi apapun. “Semoga banyak kepedulian terhadap para ABK. Nantinya akan ada tempat bagi mereka untuk berkomunikasi, informasi, dan berekspresi,” tutupnya. (YD)