KABUPATEN MALANG – malangpagi.com
Jatuhnya ratusan korban jiwa dalam tragedi kericuhan usai laga lanjutan kompetisi Liga 1 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang menyisakan sejumlah misteri, Sabtu malam (1/10/2022).
Selain diduga karena tindakan berlebihan aparat keamanan yang menembakkan gas air mata ke atas tribun penonton, banyaknya jumlah korban juga diduga karena pintu keluar stadion yang masih tertutup meskipun pertandingan telah berakhir.
Dikutip dari wawancara Kompas TV dengan sejumlah pedagang di sekitar Stadion Kanjuruhan pada Minggu (2/10) pagi, diketahui stadion yang beroperasi sejak 2004 tersebut memiliki cukup banyak pintu masuk dan keluar, dengan lebar masing-masing sekitar empat meter.
Menurut para pedagang, biasanya pintu keluar mulai dibuka ketika pertandingan memasuki menit ke-80. Namun pada malam terjadinya tragedi, hingga pertandingan usai pintu keluar masih belum dibuka.
Kondisi tersebut, masih kata para pedagang, diduga menyulut kemarahan suporter, karena mereka kesulitan untuk keluar dan berdesakan. “Mereka akhirnya merusak pintu. Karena kesulitan setelah terkena gas air mata, kemudian mereka berjatuhan,” pungkasnya.
Salah satu penonton yang selamat juga mengungkapkan bahwa pintu sempat terkunci ketika asap gas air mata mulai menyelimuti tribun stadion. “Banyak suporter yang menyelamatkan diri dengan cara melompat dari tribun. Sehingga banyak yang terinjak ataupun terkena kaki dan tendangan suporter yang ingin menyelamatkan diri,” ujar Muhammad Imron, kontributor TV One, Minggu (2/10/2022).
Menurut Imron, saat itu pintu yang terletak di dekat Tribun VIP justru yang dibuka lebih dahulu oleh petugas. Padahal tembakan gas air mata mengarah ke tribun-tribun umum. “Suporter di Tribun VIP ini berbeda dari yang ada di Tribun Umum. Mereka menyelamatkan diri dari pintu yang telah dibuka oleh petugas dan panitia,” jelasnya dikutip dari Suara.com.
Tembakan gas air mata dari petugas keamanan ke arah tribun sontak membuat para penonton, yang notabene tidak berbuat onar, pun kocar-kacir menyerbu pintu keluar. Situasi ini pun membuat pintu keluar stadion dipadati massa. Penonton berebut ingin segera keluar, tetapi pintu keluar terhalang besi yang masih terpasang.
Situasi saling berebut untuk keluar justru menyebabkan pintu jadi macet dan malah menghalangi penonton lain yang berusaha menyelamatkan diri. Kondisi ini yang diduga membuat ratusan nyawa melayang dalam Tragedi Kanjuruhan. Pihak medis menyebut mayoritas penonton meninggal dunia akibat mengalami trauma, terinjak-injak, dan sesak napas karena menghirup gas air mata.
“Gas airmata itu didesain untuk efektif membubarkan kerumunan. Jika diarahkan ke tribun, berarti maunya untuk membubarkan para suporter yang ada di tribun. Begitu mereka berhasil dibikin kocar-kacir dan berebut meninggalkan tribun, kenapa tidak boleh keluar dari stadion?,” tanyanya.