KOTA MALANG – malangpagi.com
Menjelang 100 hari Tragedi Kanjuruhan, DPRD Kota Malang menggelar audiensi bersama keluarga korban insiden tersebut, bertempat di ruang rapat internal DPRD Kota Malang, Selasa (3/1/2023).
Dalam kesempatan itu, Ketua DPRD Kota Malang I Made Riandiana Kartika menyampaikan bahwa audiensi ini atas permintaan keluarga korban yang menuntut keadilan. “Kami hanya menyampaikan jika masalah keadilan itu harus menunggu persidangan. Karena keadilan akan muncul di meja persidangan, dan diproses pengadilan itu sendiri,” ungkap Made.
Dirinya menegaskan, hal paling penting yang ditangkap oleh anggota legislatif adalah adanya trauma yang dialami keluarga korban. “Tadi mereka menyampaikan kepada kami. Nanti lebih lanjut kami persilakan mereka menyampaikan apa permasalahannya dan akan kami identifikasi,” beber politisi asal Bali itu.
Dalam audiensi ini, yang menjadi tuntunan prioritas adalah trauma healing. sehingga DPRD bekerjasama dengan Polresta Malang Kota, dalam hal ini Perlindungan Ibu dan Anak, untuk memberikan pendampingan dan dilanjutkan dengan kunjungan ke rumah keluarga korban. Sehingga mereka tidak perlu datang ke rumah sakit maupun ke kantor polisi.
“Kami akan berupaya semaksimal mungkin, agar mereka dapat kembali hidup normal, dan akan kami tanggapi segera,” tegas Made.
Hal lain yang menjadi tuntunan keluarga korban adalah digelarnya peradilan sidang terbuka. “Jadi live terus disiarkan oleh stasiun televisi. Supaya para korban dan keluarga korban dapat mengikuti persidangan secara langsung dan melihat apakah sudah berjalan dengan baik. Mereka dapat mengawasi langsung, bukan katanya-katanya lagi,” terangnya.
Dalam rangka penegakan peradilan, anggota Dewan siap menjembatani apabila ada keluarga korban yang meminta konsultasi hukum. “kami punya Kabag Hukum, dan akan kami minta untuk mendampingi dan memberikan nasihat-nasihat hukum. Jangan sampai para korban ini dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab,” tandas Made.
Salah satu keluarga korban, Hari Prasetyono (56) warga Bandulan mengungkapkan, dirinya menuntut kesejahteraan bagi cucunya lantaran ibunya meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan. “Mereka sekarang trauma, gak bisa apa-apa, selalu menanyakan mamanya di mana,” ucap Hari.
“Mama kerja, nak. Itu yang terus saya katakan ke mereka. Saya gak nuntut apa-apa, gak banyak-banyak harus diadili, enggak. Saya cuma nuntut tolong kesejahteraannya sampai nanti dia dewasa, biar enggak trauma, biar mereka gak mikir kejadian,” lanjutnya.
Terkait keadilan, Hari yakin pemerintah pemerintah sudah memahami. Yang Ia pikirkan hanyalah masa depan kedua cucunya, Yusril (3,5) dan Devan (1,5). “Mereka semua belum sekolah. Mereka sekarang hanya berada di dalam kamar, tidak mau keluar. Disuruh makan hanya mengiyakan,” jelas Hari.
Selain itu, emosi kedua cucunya juga dikatakan tidak terkontrol. “Hampir setiap malam dia ngomong sendiri. Tidurnya jam 12 malam. Malah kadang semalaman tidak tidur,” ucapnya.
Dikatakan Hari, selama ini dirinya tidak mendapatkan trauma healing, oleh karena itu Ia datang ke gedung Dewan untuk meminta bantuan. “Makanya saya sampaikan, tolonglah psikologi cucu saya ini gimana,” pungkas Heri. (Har/MAS)