KOTA MALANG – malangpagi.com
Dalam rangka menjaga ketersediaan air bersih yang aman dikonsumsi masyarakat Kota Malang, Perumda (Perusahaan Umum Daerah) Tugu Tirta akan membangun WTP (Water Treatment Plant) bekerjasama dengan Perum Jasa Tirta 1 (PJ).
Hal tersebut disampaikan Direktur Teknik Perumda Tugu Tirta, Ari Murti, saat menjadi narasumber dalam Talk Show yang dihelat oleh USAID, bertajuk Peran Perempuan dalam Mendukung Penyediaan Air Minum Aman di Rumah Tangga, bertempat di Hotel Savana and Convention, Sabtu (18/3/2023).
“Saya informasikan sumber air Perumda Tugu Tirta 70 persen berasal dari Kabupaten, 19 persen dari Kota Batu, dan Kota Malang menggunakan sumur-sumur ini hanya 11 persen. Sehingga dengan keterbatasan air baku kita membuat WTP (Water Treatment Plant). Insyaallah akan dilaksanakan September atau Oktober 2023. Dan baru 2024 bisa terealisasi,” beber Ari Mukti.
Meskipun menggunakan sistem WTP, pihaknya menjamin kualitas air tetap aman untuk dikonsumsi. “Kami bekerjasama dengan PJT 1 (Perum Jasa Tirta 1), konsekuensinya yang kami targetkan seperti saat ini ZAM (Zona Air Minum) Prima, sehingga siap minum. Jadi jangan khawatir untuk masyarakat Kota Malang, walaupun kami menggunakan air permukaan. Kebetulan yang WTP ini keluaran dari sumber air Wendit, jadi secara kualitas masih lebih bagus dari sungai-sungai yang lain,” terangnya.
“Target kami kepada PJT 1 bukan hanya ketersediaan air bersih saja. Namun juga air siap minum. Kami sudah menyampaikan kepada pihak PJT 1, karena pelayanan kami air aman, siap minum dan kami tetap menjaga pelayanan,” imbuh Ari.
Lebih lanjut Ari menegaskan, aliran air dari Perumda Tugu Tirta aman untuk dikonsumsi dan siap minum tanpa perlu direbus terlebih dahulu. “Saya minta peran Ibu, peran perempuan untuk dapat menginformasikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat Kota Malang dapat mengetahui dan bisa memanfaatkan,” harapnya.
Saat ini pihaknya pun telah memberikan pelayanan prima dengan mengikuti aturan Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) yang berlaku. “Kami juga sudah menjaga pendistribusian dan secara kontinyu, menjamin aliran 24 jam mengalir. Agar tetap steril, kami mengaturpada tekanan 0,5 bar, sehingga tidak akan terjadi kontaminasi,” ungkap Ari.
Ari juga mengaku bahwa pihaknya telah melakukan flushing secara rutin, agar tidak terjadi sedimentasi. “Menjaga tekanan agar tidak terjadi fluktuatif dan tidak terjadi kebocoran pipa. Kami pun berusaha meminimalisir menjaga keamanan air serta memantau di critical point,” jelasnya lagi.
Selanjutnya, dirinya mengatakan bahwa Perumda Tugu Tirta juga memiliki SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) yang mampu mengontrol dan mengetahui titik pantau dan tekanannya. “Kota Malang satu-satunya yang mempunyai SPAM sehingga semuanya bisa dipantau,” jelas Ari Mukti.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang dr. Husnul Muarif menyampaikan bahwa tidak semua masyarakat Kota Malang menggunakan aliran air minum dari Tugu Tirta. “Ada yang menggunakan sumur bor. Hal yang perlu diperhatikan air yang sehat adalah air yang tidak bewarna dan tidak beraroma. Sehingga untuk memberikan rasa aman, air dari sumber tadi [sumur bor] tetap dilakukan pemanasan atau direbus,” tutur Husnul.
“Sebenarnya dalam tubuh kita sudah ada bakteri coliform. Namun bakteri ini juga harus disesuaikan dengan kebutuhan kita. Jika terus berkelanjutan maka akan sangat berbahaya meskipun dampaknya tidak langsung dirasakan. Sehingga nanti diharapkan masyarakat Kota Malang dapat mengonsumsi air yang sehat,” tegasnya.
Kota Malang sendiri saat ini memiliki 16 Puskesmas, 36 Puskesmas Pembantu, 27 Rumah Sakit, 116 Klinik, serta sekitar 1.536 tempat praktik dokter mandiri. “Faskes-faskes ini pasti menggunakan air, dan untuk menjamin mutu air, kami melakukan pemeriksaan kualitas air dan swab di ruangan. Kemudian kami periksakan di Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Malang,” jelas Husnul.
Sedangkan di luar faskes, pihaknya juga memeriksa hotel maupun restoran, berkaitan dengan kolam renang, air, dan alat-alat yang digunakan. “Sehingga baik faskes maupun di luar faskes, kami tetap melakukan pemeriksaan sesuai dengan alur dan jadwal yang telah ditentukan. Ini untuk memberikan jaminan keamanan serta jaminan kenyamanan masyarakat Kota Malang,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Husnul menerangkan bahwa mengonsumsi air bersih dapat mengurangi stunting. “Jadi penurunan stunting itu tidak bisa dari satu Dinas saja. Penurunan stunting untuk yang intervensi spesifikasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan itu hanya bisa mencapai 30 persen. Yang 70 persen itu adalah intervensi spesifik sensitif,” bebernya.
“Salah satunya adalah penyediaan air yang bersih dan aman, sehingga ketersediaan air bersih memang bisa menurunkan stunting tapi memerlukan kolaborasi meliputi sanitasi, ventilasi, dan lingkungan. Kolaborasi ini sangat besar dan itu satu kesatuan, tidak bisa berdiri sendiri,” pungkas Husnul. (Har/MAS)