KOTA MALANG – malangpagi.com
Unit Layanan Disabilitas (ULD) Parekraf Kota Malang menggelar kegiatan melukis di atas tote bag, sekaligus membuka peluang wirausaha bagi para penyandang disabilitas. Acara ini dihelat di lantai 4 Galeri Seni Gedung MCC Kota Malang, Sabtu (8/4/2023).
Ken Kerta selaku Koordinator ULD Parekraf Kota Malang menyampaikan, kegiatan ini dilatarbelakangi adanya stigma yang menilai bahwa penyandang disabilitas intelektual –khususnya disabilitas grahita dan down syndrome– dianggap tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan. “Hal ini memberikan dampak hingga usia dewasa, sehingga mereka akan kesulitan mendapatkan pekerjaan,” ungkapnya.
Berangkat dari anggapan miring itu, ULD Parekraf Kota Malang yang merupakan unit kerjasama Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) dan Tim Parekraf Kota Malang, mengadakan kegiatan yang bertujuan agar para penyandang disabilitas dapat meningkatkan keterampilannya. “Harapannya mereka mampu berkarya, dan kegiatan ini dapat mengikis stigma buruk yang melekat,” papar Ken.
Adapun media tote bag sengaja dipilih sebagai materi pelatihan kali ini, adalah untuk membuka peluang wirausaha baru bagi para penyandang disabilitas. “Jadi akan ada proses lanjutan setelah melukis di atas tote bag ini. Kami finishing dengan water gloss agar tidak luntur sebelum kemudian dijahit,” terangnya.
Selanjutnya, tote bag ini akan dipromosikan sebagai tas ramah lingkungan pengganti plastik atau tas kresek. “Sebagai produk zero waste, ini adalah wujud kampanye kepedulian terhadap lingkungan,” tegas Ken.
Kegiatan ini pun direncanakan akan digelar sebagi sebuah kegiatan rutin di gedung MCC, agar para peserta dapat terus berlatih dan berproduksi. “Detailnya adalah pelatihan menjahit tote bag sekaligus melukis bersama anak-anak penyandang disabilitas,” beber Ken.
Dalam kesempatan tersebut, Ken berterimakasih kepada Pemerintah Kota Malang, melalui Diskoperindag (Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan) Kota Malang dan manajemen MCC, karena telah memberikan fasilitas dalam menggelar pelatihan ini.
“Keberadaan MCC Kota Malang sebagai solusi atas persoalan terbatasnya sumber daya komunitas selama ini, dan dapat menjadi sarana percepatan untuk pengembangan pencapaian tujuan dari seluruh kegiatan pemberdayaan penyandang disabilitas,” tutur Ken.
Event ini total diikuti 50 peserta, termasuk di antaranya anak berkebutuhan khusus, orangtua, dan panitia. “Kami sangat mendorong keikutsertaan anak-anak penyandang disabilitas intelektual, khususnya tuna grahita dan penyandang down syndrome,” sebut Ken.
“Tidak menutup kemungkinan disabilitas di usia dewasa untuk mengikuti kegiatan ini. Mengingat dalam kasus anak-anak disabilitas intelektual, kerap kali usia anak tidak sama dengan usia mentalnya. Untuk itu kami terbuka untuk peserta di semua umur,” lanjutnya.
Di tempat yang sama, salah penyandang disabilitas down syndrome, Nouval, mengaku senang dapat mengikuti kegiatan melukis ini. Bocah 8 tahun yang duduk di kelas 1 Sekolah Luar Biasa Yayasan Pancasila 2 tersebut dengan penuh semangat menggoreskan kuas cat di atas tote bag. “Antusiasme Nouval cukup tinggi. Dari pagi sudah mengajak untuk melukis,” ungkap ibunda Nouval kepada Malang Pagi.
“Untuk kegiatan melukis sebenarnya sudah pernah diikuti Nouval sebelumnya. Tetapi ini adalah yang pertama baginya melukis di atas tote,” ujarnya.
Ibunda Nouval mengakui, anak-anak down syndrome harus diajari secara berulang-ulang dan melakukan terapi, untuk melihat bakat yang dimiliki. “Anak down syndrome ini adalah anak yang istimewa. Alhamdulilah, Nouval sangat tertarik pada dunia seni, terutama tari dan melukis. Semoga kegiatan semacam ini sering digelar, agar dapat memberikan stimulasi,” harapnya. (Har/MAS)