KOTA MALANG – malangpagi.com
Setelah sukses menelurkan Buku Spektrum Kota Malang 2018-2023 yang merupakan hadiah bagi HUT (Hari Ulang Tahun) Kota Malang ke 109. Di tahun 2024, Tim Kerja Penulis Buku Spektrum mengajak semua masyarakat, baik berasal dari Kota Malang maupun luar Kota Malang untuk menulis tentang Stadion Gajayana Malang.
“Siapapun boleh menjadi penulis dan siapapun boleh menjadi tim dalam penulisan Buku Spektrum Satu Abad Stadion Gajayana,” ujar Koordinator Tim Penulisan Buku Spektrum Satu Abad Stadion Gajayana Wahyu Eko Setiawan saat menjadi moderator dalam acara Diskusi Publik Penyusunan dan Penerbitan Buku Spektrum Satu Abad Stadion Gajayana Malang. Jumat (12/1/2024).
Bertempat di Ruang Pertemuan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Malang Lantai 3, Wes sapaan karib Wahyu Eko Setiawan menegaskan bahwa pihaknya berinisiatif mengajak para penulis untuk menyumbangkan tulisannya tentang Stadion Gajayana. Baik itu berupa sejarah, arsitektur, konser musik, pengalaman atau sisi lain yang titik berangkatnya dari Stadion Gajayana.
“Buku ini akan diterbitkan secara eksklusif yakni sebanyak 110 eksemplar sebagai kado HUT Kota Malang ke 110,” terang Sam Wes.
“10 eksemplar akan kami berikan kepada orang-orang yang berjasa bagi perkembangan Kota Malang. Diantaranya Bapak Dimmy Hariyanto yang merumuskan nama Stadion Gajayana, kemudian ada Pak Murtono Aladin dari Fraksi ABRI, Bapak Jasman Supriyadi dan Ebes Sugiyono Walikota Malang periode 1973 hingga 1983. 100 eksemplar sisanya kami jual. Harganya dibanderol kisaran 3 juta rupiah hingga 5 juta rupiah yang nantinya akan digunakan untuk mencetak ulang Buku Spektrum Satu Abad Stadion Gajayana Malang ini pada edisi selanjutnya,” beber Sam Wes.
Pendiri Komunitas Sinau Embongan ini menegaskan bahwa dalam penyusunan buku ini masih belum ada wacana untuk honor bagi penulis. “Tim Kerja Penulisan Buku Spektrum Satu Abad Stadion Gajayana Malang ini bersifat terbuka. Kami tidak menjanjikan honor penulis, belum ada kesepakatan adanya honor. Namun, setidaknya buku ini secara mandiri akan mencari CSR (Corporate Social Responbility),” beber Sam Wes.
Dikatakannya, buku ini akan disusun secara keroyokan. “Satu orang penulis minimal menyumbang 2 halaman dan maksimal 20 halaman disertai foto. Di buku ini akan ada space untuk biodata penulis sehingga bersifat abadi,” ucapnya.
Ia tidak membatasi jumlah penulis yang ikut berpartisipasi. “Meskipun begitu, akan ada tim kurasi untuk kelayakan tulisan. Jadi, buku ini benar-benar legesi dan dapat relevan hingga 100 tahun ke depan,” tutur pecinta keris ini.
Dirinya berkeyakinan, Buku Spektrum Satu Abad Stadion Gajayana akan laku dijual. “Saya mempunyai keyakinan buku ini akan laku. Salah satu dari kualitas fisiknya yang akan dilengkapi visual grafis. Kami harap dari teman-teman IAI dapat mendesain untuk sampul bukunya. Apakah nantinya model Stadion Gajayana sekarang atau bahkan miniatur Gajayana yang akan datang. Isi buku ini tidak hanya berisi tentang historis, dokumentasi dan arsip. Tetapi juga memuat tentang feature yang menceritakan Stadion Gajayana di masa mendatang,” ucap Sam Wes.
Rencananya, buku ini akan dilaunching sepekan setelah lebaran dalam acara Expo Buku yang mengusung tema Kembali ke Buku, Kembali Beradab dan Berilmu. “Pada momentum ini juga akan ada kurasi 110 buku paling berpengaruh bagi pembangunan Kota Malang mulai tahun 1914 hingga 2024. Buku-buku tersebut akan dibuatkan info grafisnya dan akan dipamerkan di Stadion Gajayana bersamaan Pameran dan Bursa Buku Nasional,” terangnya.
Melalui expo buku ini, pihaknya berharap dapat menjadi pendorong tagline Kota Malang yang lebih mengedukasi. “Selama ini, HUT Kota Malang mengusung tema yang lebih bersifat euforia. Maka, kami berharap kehadiran Buku Spektrum Satu Abad Stadion Gajayana ini dapat menjadi spirit Pemkot Malang dalam menyongsong HUT Kota Malang dengan tagline Kembali ke Buku, Kembali Beradab dan Berilmu. Semoga Pemkot setuju karena Kota Malang sebagai Kota Pendidikan tidak bisa terlepas dari ekosistem buku,” harapnya.
Apresiasi datang dari Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang Ari Ambarwati. Dirinya menyambut baik kehadiran wacana penyusunan dan penerbitan Buku Spektrum Satu Abad Stadion Gajayana.
“Buku ini adalah upaya untuk memanggil ulang ingatan-ingatan siapa pun yang pernah punya cerita di Stadion Gajayana,” terang wanita yang gemar menulis ini.
Baginya, penamaan Stadion Gajayana yang tumbuh dari masyarakat menunjukkan masyarakat yang beradab. “Sosok Gajayana sendiri adalah raja pada masa Kerajaan Kanjuruhan yang sangat egaliter dan ini menjadi kekuatan yang ingin diusung. Penyusunan buku ini adalah bentuk pertanggungjawaban seluruh masyarakat Kota Malang untuk merawat ingatan bersama apa saja yang terjadi di Stadion Gajayana” bebernya.
Baginya, hal terpenting adalah bagaimana buku ini setelah selesai ditulis dengan berbagai spektrum dapat mengingatkan bahwa Kota Malang sejatinya dibangun dengan rencana yang sangat matang. “Mudah-mudah memberikan kesadaran dalam membangun Kota Malang untuk lebih nyaman ditinggali,” pungkasnya. (Har/YD)