KOTA MALANG – malangpagi.com
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang melalui SMP Negeri 2 Kota Malang mengembangkan sebuah terobosan pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus dengan mengusung Sinau Mandiri Bersama Anak Satwimaba Istimewa (SIMBA ASIA).
Inovasi pembelajaran ini merupakan jawaban atas kebutuhan pembelajaran diferensiasi bagi siswa istimewa. Penerapan metode tersebut berkiblat pada kurikulum nasional Merdeka Belajar yang diharapkan bisa melayani anak spesial sehingga bisa tumbuh secara optimal.
SIMBA ASIA menjadi sebuah implementasi Merdeka Belajar yang lahir untuk menciptakan pembelajaran berkualitas dengan disesuaikan kebutuhan dan kondisi siswa.
Kepala SMPN 2 Kota Malang, Riatiningsih menyampaikan bahwa inovasi SIMBA ASIA mulai diterapkan sejak tahun 2023. Dijelaskannya, setelah melakukan asesmen terhadap peserta didik, teridentifikasi 17 anak istimewa yang membutuhkan pendampingan khusus.
“Siswa istimewa ini memiliki kebutuhan yang berbeda-beda karena terdiagnoasa tunagrahita, slow learner, gangguan belajar spesifik, intellectual disability, dan underachiever. Akibatnya, siswa ini mengalami hambatan akademis dan mental sehingga belum bisa mandiri dan belum memiliki keterampilan hidup,” ucapnya.
“Inovasi SIMBA ASIA ini hadir untuk memfasilitasi dan mengoptimalkan potensi siswa istimewa melalui pembelajaran berdiferensiasi dan bermakna untuk menjadi pribadi mandiri,” sambung Ria.
Ria menerangkan, dalam inovasi SIMBA ASIA ada dua pendekatan yang digunakan, yakni pembekalan kemandirian dan adanya Sahabat Siswa.
Dalam pembekalan kemandirian, siswa diberi pelatihan melakukan kegiatan yang bagi orang normal merupakan sebuah hal sederhana namun sulit dilakukan bagi mereka yang berkebutuhan khusus seperti memasang kancing, menjahit sederhana, menggoreng telur, bahkan menyeterika.
“Jadi kita latih hal-hal sederhana agar mereka bisa lebih mandiri, ya kegiatan yang sehari-hari kita lakukan,” jelasnya.
Melalui SIMBA ASIA, SMPN 2 Kota Malang juga melibatkan peserta didik lain untuk berempati kepada rekannya yang berkebutuhan khusus dengan menjadi Sahabat Siswa. Mereka direkrut tanpa diberi tahu siapa teman-teman spesialnya.
“Sahabat Siswa ini memberikan pendampingan sebaya untuk membantu fasilitasi kemampuan adaptasi dan sosial. Mereka mendampingi teman-temannya yang biasanya menyendiri, malu, atau sering di-bully. Karena anak-anak spesial itu biasanya sifatnya seperti itu,” ujar Ria.
Secara garis besar, Ria menerangkan bahwa tidak ada perbedaan materi pembelajaran yang diberikan pada siswa inklusi dan reguler. Namun, tenaga pendidik harus siap memberikan diferensiasi pembelajaran.
Lebih lanjut, dirinya menjelaskan bahwa dalam SIMBA ASIA diterapkan prinsip 4P yaitu Penyesuaian, Penyederhanaan, Penghilangan, dan Penggantian.
“Tujuan pembelajaran yang diberikan sama, namun cara penyampaiannya berbeda, juga penilaiannya kita bedakan, dan tentunya kami beri pendampingan lebih,” paparnya.
Awal dalam penerapannya, Ria mengatakan bahwa pihak sekolah mengalami kendala terutama untuk memberi pemahaman kepada para orang tua siswa, karena ada sebagian yang tidak menerima anaknya termasuk istimewa.
“Pihak sekolah pun terus memberi pengertian sehingga kini dukungan terus mengalir dari orang tua untuk pelaksanaan program tersebut. Alhasil, pasca penerapan SIMBA ASIA di SMPN 2, 82 persen siswa istimewa mampu mencapai rata-rata nilai akademik lebih dari 80, padahal sebelumya hanya 20 persen siswa yang mencapai kriteria tersebut. Selain itu, sebelumnya hanya 15 persen guru yang mampu menerapkan pembelajaran diferensiasi, kini naik drastis menjadi 73 persen,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Disdikbud Kota Malang, Suwarjana menyampaikan bahwa saat ini memang banyak siswa istimewa yang menuntut ilmu di sekolah reguler.
Dirinya berkomitmen untuk tetap memberikan pelayanan kepada semua siswa tanpa membedakan kondisinya di tengah keterbatasan Guru Pendamping Khusus (GPK).
“Karenanya dibutuhkan kreativitas dari pihak sekolah dan guru agar siswa istimewa juga dapat terlayani dalam proses belajar,” ungkapnya.
Suwarjana menyebut bahwa SIMBA ASIA merupakan hasil replikasi inovasi Belajar Menarik Bersama Siswa Istimewa (Jarik Ma’Siti) SMP Negeri 10 Kota Malang yang mendapatkan penghargaan Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Klaster Pemerintah Kota Tahun 2023 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB).
“Tidak bisa kami tolak (siswa istimewa), jadi harus tetap kami terima dan ajari. Jadi kami tetap melayani anak berkebutuhan khusus tanpa adanya GPK. Alhamdulilah, teman-teman guru di Kota Malang ini kerjanya luar biasa. Mereka pun bisa berinovasi dengan memberikan pembelajaran diferensiasi, seperti Jarik Ma’Siti, SIMBA ASIA, dan NASI TIGA BERAS SMPN 13 Kota Malang,” tandasnya. (YD)