
KOTA MALANG – malangpagi.com
Setelah sukses merilis album terbarunya bertajuk Sketsa Jalanan, musisi legendaris sekaligus pendiri Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ), Anto Baret akan menggelar konser kolaboratif di Kota Malang bertajuk Sambang Sambung Sketsa Jalanan. Konser ini akan dilangsungkan di Gedung Kesenian Gajayana, pada Sabtu (26/7/2025).
Menggandeng band punk rock asal Jakarta, Marjinal, konser ini diharapkan menjadi ruang ekspresi dan refleksi sosial yang menyatukan musik balada dan punk dalam satu panggung penuh semangat perlawanan dan kemanusiaan. Marjinal sendiri telah eksis sejak tahun 1997 dan dikenal luas sebagai band yang konsisten mengangkat isu sosial dan kemanusiaan dalam lirik-liriknya.
Anto Baret menceritakan bahwa album Sketsa Jalanan merupakan refleksi panjang perjalanan hidup dan musikalnya. Ia mengingat kembali titik awal dikenal publik saat lagunya Lonteku dan Kontras Mubisu dimuat dalam album Ethiopia milik Iwan Fals pada tahun 1984.
“Waktu itu nama saya diganti jadi Anto Baret tanpa saya tahu. Saya datang ke rumahnya Iwan, tanya kenapa diganti. Tapi karena yang kasih nama itu teman sendiri, saya juga gak mau marah. Akhirnya sampai sekarang ya dikenal dengan nama Anto Baret,” kenangnya dengan senyum.
Anto juga menyebut bahwa pada tahun 1985, ia merilis album Kelompok Penyanyi Jalanan, yang menjadi cikal bakal gerakan musik jalanan dan tetap relevan hingga kini. “Dari situ saya ingin terus berkarya, menyuarakan suara jalanan dan masyarakat kecil,” ujarnya.
Sementara itu, Mike Marjinal, vokalis band Marjinal, mengungkapkan bahwa proyek kolaborasi ini bukan tanpa tantangan. Pasalnya, lanjut Mike, punk rock dan balad sendiri sangat sulit jika dikolaborasikan.
“Tantangannya bisa ngeblend punk rock dan balad ini sangat sulit. Kita dipercaya untuk mewujudkan visi musikal Om Anto, jadi kami benar-benar berusaha menyinkronkan semuanya, dan akhirnya lahirlah karya yang kami banggakan bersama,” jelasnya.
Lebih lanjut, Mike menambahkan, proyek ini bukan hanya soal musik, melainkan sebuah representasi emosi, kegelisahan, dan ketulusan Anto Baret yang dituangkan dalam bentuk karya.
“Kami harus benar-benar bisa menangkap perasaan dan pesan yang ingin disampaikan Om Anto dalam setiap lagu. Ini adalah karya dari kekuatan dan kejujuran seorang musisi jalanan yang ingin menyentuh hati masyarakat luas,” ujarnya.
Mike juga tak lupa menyinggung posisi Kota Malang yang dianggapnya sebagai barometer musik rock di Indonesia.
“Kota Malang selalu menarik. Komunitasnya aktif dan saling mendukung. Ini bisa jadi contoh untuk kota lain di Indonesia,” ucap Mike.
Konser Sambang Sambung Sketsa Jalanan ini bukan hanya menjadi perayaan musik, tetapi juga menjadi jembatan antara generasi, genre, dan gerakan sosial. Kota Malang dipilih sebagai titik awal konser, sebagai bentuk penghargaan atas semangat kolektif dan kreatif yang tumbuh subur di kota ini.
Konser ini diprediksi akan menjadi momentum penting bagi dunia musik independen dan aktivisme budaya di Indonesia. (Dik/YD)