
MALANG – malangpagi.com
Manajemen Arema FC menyampaikan kekecewaan mendalam atas insiden pelemparan bus tim Persik Kediri seusai laga yang digelar di Stadion Kanjuruhan, Malang, Minggu (11/5/2025). Insiden tersebut mengakibatkan kerusakan pada bus dan melukai salah satu orang di dalamnya.
General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriandi, menyesalkan kejadian tersebut dan menyayangkan lemahnya pengawasan serta tanggung jawab sejumlah pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pertandingan.
“Kami kecewa dengan beberapa stakeholder yang terlibat dalam pertandingan kemarin,” ungkap Yusrinal, Selasa (13/5/2025).
Kekecewaan tersebut membuat manajemen Arema FC mempertimbangkan opsi untuk tidak lagi menggunakan Stadion Kanjuruhan sebagai kandang dalam waktu dekat. Yusrinal menilai, upaya dan pengorbanan klub selama tiga tahun terakhir tak mendapat apresiasi yang layak.
“Kami sudah berjuang sekuat tenaga mempertahankan klub ini di tengah keterbatasan. Saat terusir, kami tetap berdiri. Tapi yang kami rasakan sekarang, seolah tidak ada penghargaan. Rasanya kami sudah berdarah-darah untuk klub ini,” tuturnya.
Ia juga menyinggung hilangnya dukungan dari suporter dalam tiga tahun terakhir. Menurutnya, saat Arema FC kembali ke Malang, justru muncul ekspektasi berlebihan tanpa dibarengi dukungan nyata.
“Suporter adalah pendukung. Tapi begitu kami pulang, bukan dukungan yang kami terima, justru tuntutan sempurna yang terlalu tinggi,” ujarnya.
Yusrinal turut menyoroti standar keamanan pertandingan. Ia meminta pihak keamanan melakukan evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang. Ia menjelaskan bahwa peristiwa pelemparan terjadi di zona 4, area di luar stadion yang menjadi tanggung jawab aparat keamanan.
“Pertandingan kemarin dikategorikan sebagai high risk match, dan kami sudah memenuhi seluruh standar pengamanan sesuai renpam. Tapi insiden tetap terjadi di luar zona kewenangan panitia pelaksana,” jelasnya.
Dari sisi penyelenggaraan, Arema FC mengklaim telah melakukan berbagai peningkatan, mulai dari ring 1 hingga ring 4. Bahkan, dua laga terakhir Charity Games dan pertandingan melawan Persik disebut menelan biaya lebih dari Rp1 miliar.
“Semua peningkatan sudah kami lakukan. Kami sadar keamanan dan kenyamanan adalah hal utama, apalagi ini Stadion Kanjuruhan,” tambahnya.
Yusrinal juga menyayangkan jika manajemen terus-menerus dijadikan kambing hitam atas berbagai persoalan. Ia menilai seharusnya pihak luar juga turut bertanggung jawab.
“Manajemen selalu dijadikan sasaran. Padahal kejadian ini di luar kewenangan kami. Harusnya bisa dicegah lebih awal,” ujarnya.
Ia mendesak pihak kepolisian untuk segera mengusut pelaku pelemparan dan mengungkap motif di balik tindakan tersebut.
“Jika pelaku kecewa karena Arema FC kalah atau tak puas dengan penyelenggaraan, kenapa harus menyasar tim lawan? Polisi harus segera bertindak,” tegasnya.
Menutup pernyataannya, Yusrinal menyerukan introspeksi dari seluruh pihak. Ia menegaskan bahwa manajemen telah menjalankan berbagai komunikasi dan arahan dari stakeholder.
“Sudah saatnya semua berubah. Jangan selalu menyalahkan manajemen. Mari berkomitmen bersama lewat pakta integritas. Ini bukan hanya tanggung jawab satu pihak,” katanya.
Atas situasi ini, Arema FC tengah menimbang kembali keputusannya untuk menggunakan Stadion Kanjuruhan dalam sisa kompetisi Liga 1 musim ini.
“Kami sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk tidak bermain di kandang sendiri,” pungkasnya. (Rz/YD)