KOTA MALANG – malangpagi.com
Setelah melakukan tujuh kali Diskusi Publik, akhirnya Tim Penulis Buku Spektrum Satu Abad Stadion Gajayana merampungkan desain cover, dari buku yang mengupas segala kisah, dinamika, sejarah, kronika, hingga romantisme salah satu stadion tertua di Indonesia tersebut.
Cover buku yang begitu apik, artistik, dan bernilai seni tinggi merupakan hasil karya tim IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) Wilayah Malang. “Sejumlah arsitek mengeksplorasi usulan-usulan. Ada beberapa nama arsitek yang terlibat. Antara lain saya sendiri Ar. Haris Wibisono, kemudian ada Ar. Indra Permana, Ar. Dian Widatama, Ar. Josaf Sayoko, Ar. Dezalina, dan Ar. Wasiska,” ungkap salah satu arsitek yang tergabung dalam Tim IAI Wilayah Malang, Ar. Haris Wibisono, kepada Malang Pagi, Sabtu (16/3/2024)
Ide cover berawal dari pemikiran untuk membuat sebuah buku yang ikonik, artistik, dan memiliki karakteristik Kota Malang. “Salah satu identitas Kota Malang adalah ‘peta’ yang mampu menceritakan banyak hal tentang kota ini. Morfologi bentuk kota dapat tergambarkan pada peta Kota Malang tahun 1946 yang dipilih,” jelas pria yang juga berprofesi sebagai advokat itu. Menurut Nino, sapaan akrab Haris Wibisono, eksplorasi ide tersebut memakan waktu sekitar dua minggu untuk menggarapnya, menyesuaikan kesibukan rekan-rekannya.
Anggota Komite Ekonomi Kreatif periode 2018 hingga 2023 tersebut mengemukakan, buku Spektrum Kota Malang II Satu Abad Stadion Gajayana Malang akan tampil baik, jika mampu menjadi gambaran Kota Malang dari berbagai perspektif penulis yang memiliki latar belakang ilmu yang beragam. “Buku ini juga dapat menjadi buku yang identik dengan Kota Malang. Sehingga perlu memiliki cover yang mudah diingat dan memiliki diferensiasi dari buku-buku pada umumnya,” tegasnya.
Dirinya menyebut bahwa Kota Malang dulunya dibentuk oleh perancangan kota (urban design) oleh arsitek Belanda, yang hingga hari ini tetap dikenang. “Karakter kota yang menyimpan banyak memori dan dipublikasikan di media-media, adalah kota yang dihasilkan dari rancangan arsitek Thomas Karsten,” ungkap Nino.
Hal senada disampaikan Gedeon Soerja, Ketua IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) Kota Malang. “Sampul buku kami sepakati dibuat dalam bentuk yang tidak biasa. Benar-benar fenomenal dari segi isi, desain, dan spesifikasi fisiknya nanti. Desain buku ini sengaja dirancang dalam bentuk hard cover dan tiga dimensi,” serunya. Baginya buku ini layak dijadikan sebuah benda koleksi, karena dicetak hanya sebanyak 110 eksemplar, dengan target isi mencapai 1.000 halaman.
Diakui oleh Gedeon, saat ini masih dilakukan pendataan kiriman tulisan dari para kontributor. Buku ini juga nantinya akan menampilkan galeri foto, dokumentasi, arsip, dan 50 halaman khusus berisi karya gambar terbaik dari para pelajar Kota Malang tentang Stadion Gajayana.
Sementara itu, anggota Tim Penulis Buku Spektrum Satu Abad Stadion Gajayana, Wahyu Eko Setiawan, menyampaikan bahwa kumpulan tulisan dari berbagai pihak memiliki satu tujuan, yaitu mempersembahkan masterpiece bagi Kota Malang. “Karya terbaik yang mampu menjadi legacy bagi ratusan, bahkan ribuan generasi yang akan datang. Seperti prasasti atau candi yang mampu bertahan hingga ribuan tahun di masa depan,” terangnya.
Menurut pendiri Komunitas Sekolah Embongan itu, semua yang terlibat dalam proyek ini mendedikasikan diri untuk berkolaborasi. Kemudian masing-masing pihak mendapatkan tanggungjawab dan tugas sesuai kapasitas dan kemampuan terbaiknya. “Misal, IAI Wilayah Malang mendapatkan kepercayaan tanggungjawab untuk mendesain cover dan bentuk fisik buku. Hasilnya sungguh luar biasa istimewa. Sangat layak disebut sebagai sebuah legacy atau masterpiece,” jelas pria yang biasa disapa Sam WES itu.
Hingga saat ini, pengerjaan buku ini masih terus berproses, dan masih terbuka peluang bagi siapa saja untuk menyumbangkan karya-karya terbaiknya. “Rencananya, buku ini akan dilaunching pada 19–21 April 2024 di Stadion Gajayana Malang, bersamaan dengan beberapa event untuk merayakan HUT ke-110 Kota Malang,” sebutnya.
“Mulai dari Orasi Literasi Indonesia, Pameran 110 Buku Paling Berpengaruh Bagi Kota Malang 1914–2024, Bursa Buku Literasi Kreatif, Apresiasi Penulis Indonesia, Pameran Karya Gambar Anak-Anak Kota Malang, dan lain-lain,” urai penggemar keris itu.
“Pada acara puncak pada 21 April 2024, akan digelar Pertunjukan Kolosal Wayang Sejarah, yang akan membedah dan menampilkan naskah cerita Sri Rangga Rajasa Jumeneng (Madeg Nagari Tumapel), dan akan dipandegani oleh Dalang Nasional Ki Ardhi Purboantono,” sambung Sam WES. Dikatakannya, kegiatan tersebut nantinya juga akan melibatkan sejumlah budayawan Kota Malang. Termasuk Dwi Cahyono, Agus Wayan, Abdul Malik, dan lain-lain.
Setelah dummy Buku Spektrum Kota Malang II Satu Abad Stadion Gajayana Malang selesai dikerjakan, pihaknya berharap Pemkot Malang dapat segera memberikan perhatian yang serius. Lantaran ada sebuah maha karya dari hasil kolaborasi berbagai pihak yang hendak dipersembahkan untuk merayakan HUT ke-110 Kota Malang.
“Namun satu hal yang pasti, bahwa diperhatikan atau tidak diperhatikan oleh Pemkot Malang, semuanya yang terlibat di dalam kelahiran Buku Spektrum Kota Malang II Edisi Khusus Satu Abad Stadion Gajayana Malang telah sepakat untuk terus bergerak maju, dengan semangat mempersembahkan karya terbaik untuk Kota Malang,” tandas Sam WES. (Har/MAS)