
KOTA MALANG – malangpagi.com
Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang (UM) bekerja sama dengan Asosiasi Germanistik Indonesia (AGI), menyelenggarakan kegiatan Internationale Konferenz des Indonesischen Germanistenverbandes yang melibatkan para akademisi lintas negara.
Konferensi internasional yang digelar selama dua hari, Kamis dan Jumat (21–22/10/2021), mengusung tema Studi Kontrastif dalam Bahasa, Sastra, Budaya, dan Pengajaran Bahasa Jerman (Kontrastive Studien in Germanistik und DaF).
Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid di Universitas Negeri Malang, melibatkan Prof. Dr. Christian Krekeler (Hochschule Konstanz, Jerman), Dr. Iwa Sobara, M.A (Universitas Negeri Malang), Prof. Dr. Juliane Stude (Westfӓlische Wilhelms University, Jerman), dan Prof. Dr. Korakoch Attaviyanupap (Silpakorn University in Nakhon Pathom, Thailand) sebagai keynote speakers.
Hadir secara hybrid pula, Ketua Asosiasi Germanistik Indonesia Prof. Dr. Pratomo Widodo, M,Pd dan Cristian Rabl, M.A yang mewakili DAAD.
Terdapat 64 makalah dari berbagai negara yang telah dipresentasikan dalam lima bagian selama dua hari tersebut. Kegiatan konferensi ini didukung sepenuhnya oleh German Academic Exchange Service atau DAAD Jakarta.
Prof. Rofi’uddin selaku Rektor UM dalam sambutannya mengatakan, pelaksanaan konferensi ini merupakan bagian dari tanggapan kreatif dalam menyikapi peralihan budaya dalam pengajaran bahasa Jerman.
“Berbagai kalangan dari berbagai kawasan dan negara hadir dalam konferensi yang berlangsung secara virtual ini, untuk mempresentasikan penelitian serta memberikan umpan balik satu sama lain, dan mengembangkan serta memperkaya pengetahuan mereka dalam kajian bahasa Jerman,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Germanistik Indonesia, Prof. Dr. Pratomo Widodo, M.Pd menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan peluang untuk saling bertukar pengalaman, tentang pengajaran dan pembelajaran bahasa Jerman sebagai bahasa asing di negara-negara dalam dan luar kawasan Asia Tenggara.
“Dalam pembelajaran bahasa asing [dalam hal ini bahasa Jerman], pertemuan antara bahasa ibu dan bahasa asing merupakan hal yang biasa. Apa dan bagaimana melihat dan menyikapi pertemuan dua bahasa tersebut adalah bagian dari pertanyaan yang mendasar tentang pembelajaran bahasa asing,” jelasnya.
Ketua Pelaksana Konferensi, Dr. Dewi Kartika Ardiyani, M.Pd mengungkapkan bahwa peserta dan pemakalah berasal dari Jerman, Myanmar, Thailand, Filipina, Taiwan, Vietnam, dan seluruh program studi pendidikan dan sastra Jerman di Indonesia.
“Meskipun kegiatan dilaksanakan secara online, tetapi tujuan dari konferensi untuk saling bertukar hasil penelitian, pengalaman, dan gagasan dapat tercapai dengan baik,” tuturnya.
Dalam masa pandemi Covid-19, semua kegiatan yang biasanya dilaksanakan secara offline banyak yang tertunda. Tetapi hal ini justru menguntungkan, karena dapat menghadirkan kolega dari berbagai negara, meskipun tidak dapat hadir secara tatap muka.
Dewi berharap kegiatan konferensi selanjutnya mengusung tema yang disesuaikan dengan isu terbaru di bidang literatur, penerjemahan, budaya, serta pembelajaran sastra dan bahasa Jerman.
Melalui kegiatan ini diharapkan akan terjalin kerja sama antara para dosen bahasa Jerman, baik di Indonesia maupun internasional, dalam kaitannya dengan pengembangan kualitas mutu penelitian dan pembelajaran bahasa dan sastra Jerman.
Untuk diketahui, studi konstratif adalah penelitian untuk membandingkan perbedaan dalam kajian budaya, literatur, penerjemahan, dan pembelajaran bahasa Jerman. (Red)