KOTA MALANG – malangpagi.com
Sebuah kegiatan sakral bertajuk Hana O Maku digelar di Koeboeran Londo yang terletak di Jalan S Supriadi No. 38 Kota Malang, Sabtu (25/9/2021).
“Kegiatan Hana O Maku atau tabur bunga, merupakan kegiatan sakral yang bertujuan untuk menjaga persahabatan dan perdamaian antara Jepang dan Indonesia,” ujar Kepala UPT Pengelolaan Pemakaman Umum (UPT PPU) Kota Malang, Subaedi dalam sambutannya.
Pria yang baru menjabat Kepala UPT PPU per 3 September lalu itu menegaskan bahwa pihaknya mendukung event Hana O Maku, yang merupakan salah satu program Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Koeboeran Londo.
“Kegiatan ini merupakan event terbatas. Kami hanya mengundang beberapa tamu dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Namun kegiatan ini tidak akan berhenti di sini, UPT PPU akan terus mendukung program-program Pokdarwis Koeboran Londo yang menitikberatkan pada ekonomi kerakyatan,” jelas Subaedi.
Pria yang akrab disapa Hubet itu menerangkan, pihaknya menyediakan ruang ekspresi bagi kegiatan Pokdarwis Koeboeran Londo agar kembali bergeliat.
“Kegiatan semacam ini [tabur bunga] merupakan momentum yang tepat dalam mengenalkan Makam Sukun dan Koeboeran Londo. Tradisi budaya yang perlu dilestarikan dan jangan sampai terkikis,” ucapnya.
Subaedi mengaku ingin menjadikan kawasan Koeboran Londo sebagai tempat wisata unggulan Kota Malang. “Ada Pasar Pagi Sabtu–Minggu, lomba burung berkicau, kegiatan gowes, dan banyak kegiatan lainnya yang memberi manfaat bagi warga sekitar,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi (Forkom) Pokdarwis, Isa Wahyudi menyampaikan bahwa kegiatan Hana O Maku merupakan bentuk penghormatan antara dua bangsa. Dalam rangka menjaga perdamaian dan menjalin persahabatan antara Indonesia dan Jepang,” papar pria yang akrab disapa Ki Demang itu.
Dirinya menerangkan, Tugu Jepang yang berada di areal Koeboeran Londo merupakan monumen yang dibangun Konsulat Jenderal (Konjen) Jepang pada 1982.
“Kompleks Pemakaman Sukun Nasrani ini merupakan tempat pemakaman yang mengalami berbagai masa. Sejak masa kolonial, pendudukan Jepang, dan masa kemerdekaan,” jelas Ki Demang.
Dirinya menguraikan, Makam Sukun diambil alih oleh Jepang pada masa pendudukan negeri matahari terbit itu. Sekitar 50 jenazah warga Jepang dikremasi, dan abunya ditanam di Tugu Jepang.
“Sejak 1982, Konsulat Jepang datang ke sini [Makam Sukun] untuk melakukan upacara penghormatan setiap tahunnya. Namun saat pandemi melanda, sudah dua tahun terakhir mereka tidak datang,” jelas pria yang menjabat sebagai Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang itu.
Di tempat yang sama, Ketua Pokdarwis Koeboeran Londo, Djainul Arifin mengatakan bahwa Hana O Maku ini merupakan awal kembalinya geliat pariwisata di Koeboeran Londo.
“Acara ini sebagai peringatan kebangkitan wisata di Kota Malang. Meskipun digelar secara tertutup, kami optimistis perekonomian dapat kembali bergeliat,” kata Djainul, yang juga merupakan Ketua RW 03 Kelurahan Sukun.
Dirinya mengungkapkan, akan banyak program yang akan ditawarkan Pokdarwis Koeboeran Londo.
“Ada Misa Arwah, Sedekah Oksigen, Jelajah Koeboeran Londo, dan banyak agenda-agenda lainnya. Kami masih menunggu PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) berada di level 1 untuk mulai bergerak,” beber Djainul.
Mendukung pernyataan Djainul, Lurah Sukun Andin Yunistiyanto menyatakan bahwa Kompleks Sukun memiliki potensi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Program-program yang sudah dijalankan patut diapresiasi, dan kegiatan tabur bunga adalah salah satu event yang dapat menarik wisatawan. Hal ini adalah wujud pengembangan pariwisata dan pengembangan ekonomi kreatif,” tutur Andin.
Kegiatan Hana O Maku kali ini menyajikan tarian Gading Alit oleh Sanggar Tari Sardulo Djojo, yang dikemas menarik dan dipadukan dengan kegiatan tabur bunga. (Har/MAS)