
KOTA MALANG – malangpagi.com
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Malang tahun ini mengalami lonjakan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hingga Agustus 2025, tercatat sebanyak 549 kasus dengan empat kematian, sementara sepanjang tahun 2024 terdapat 777 kasus dengan jumlah kematian yang sama.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, dr. Husnul, menjelaskan bahwa peningkatan kasus DBD tersebut diduga kuat dipicu oleh fenomena El Nino. Kondisi ini, menurutnya, memengaruhi daya tahan tubuh manusia sekaligus membuat jangkauan nyamuk Aedes aegypti lebih luas.
“Kalau tahun kemarin wilayah paling terdampak adalah Kecamatan Sukun disusul Kecamatan Blimbing, tahun ini kasus terbanyak masih di Kecamatan Sukun, namun disusul oleh Kecamatan Kedungkandang,” ungkap Husnul.
Untuk menekan kasus DBD, Pemkot Malang melalui Dinkes menggalakkan program Malang Resik (Malang Bebas Jentik) sejak 2024 lalu. Program tersebut dievaluasi setiap tiga bulan sekali dengan melibatkan masyarakat.
“Target kami angka bebas jentik bisa mencapai 95 persen. Kalau masih di bawah itu, artinya masih ada potensi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti,” jelasnya.
Selain itu, Dinkes Kota Malang juga terus menggencarkan edukasi kepada masyarakat melalui Posyandu, ruang tunggu Puskesmas, hingga penyuluhan di lapangan. Edukasi mencakup pengenalan gejala DBD, langkah penanganan dini, serta upaya pencegahan.
Husnul menegaskan, gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus menjadi kunci utama pencegahan. Metode ini meliputi menguras tempat penampungan air, menutup wadah air, mendaur ulang sampah, serta tambahan lain seperti penggunaan kelambu, obat pengusir nyamuk, maupun bubuk abate.
“Kalau ini rutin dilakukan bersama-sama, insyaallah kasus DBD di Kota Malang bisa ditekan,” pungkasnya. (Dik/YD)