KABUPATEN MALANG, Malangpagi.com
Suasana yang sejuk serta pemandangan asri dapat kita jumpai di pedesaan. Salah satunya adalah Desa Sidorahayu, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Desa yang luasnya 12,34 km2 berpenduduk kurang lebih 19 ribu ini terkenal juga memiliki potensi-potensi wisata alam. Kultur masyarakatnya sangat ramah. Sebagian besar penduduknya adalah bertani, berternak, pedagang dan pekerja pabrik.
Ketertarikan akan daya pikat desa inilah yang membuat kami tergerak dengan penuh semangat mengunjunginya. Tepatnya pada Sabtu (02/11/2019) siang.
Riaman salah seorang tokoh spiritual serta pegiat seni budaya yang cukup disegani. Koleksi barang-barang antik nampak memenuhi sekeliling kediamannya dan tersimpan lumbung batu.
Riaman mengatakan, lumpang batu dulunya digunakan sebagai alat menumbuk padi. Lumpang batu mengandung filosofi kehidupan yang bersimbol sumber kehidupan. Karena sumber energi kita dihasilkan juga dari makan.
“Seiring kemajuan dan perkembangan teknologi keberadaan lumpang batu mulai tersisihkan. Kegunaannya tidak hanya sekedar menumbuk padi tapi juga untuk tempat membuat tepung dari beras, menumbuk kopi dan lain-lain,” tuturnya.
“Oleh sebab itu, lumpang batu memang salah satu benda warisan leluhur yang harus tetap dijaga dan dilestarikan. Dari sini juga kita harus bisa ambil kesimpulan, bahwa sesuatu yang keras bisa jadi lunak asal di tumbuk/gembleng secara terus-menerus untuk menjadi yang bermanfaat. Begitu pun juga dengan kehidupan manusia,” kilahnya.
Sementara itu, Askur salah satu warga setempat mengatakan, lumpang batu ini merupakan perkakas mulai zaman prasejarah dulu, hingga kita ketahui bersama masanya sangat panjang.
“Mungkin saat ini sering kita jumpai dipedesaan. Sayang beribu sayang fungsinya tidak lagi seperti dulu. Biasanya sekarang ditaruh di halaman depan rumah,” tandasnya.
Uri-uri budaya leluhur sangat penting, karena membawa pesan kesan tersendiri buat kita sebagai pewaris ajaran leluhur.
Reporter: Doni
Editor: Ana