KOTA MALANG – malangpagi.com
Salah satu volunteer dari konser yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Malang (UM) “Feskala” buka suara terkait menanggung utang konser yang digelar November lalu.
Konser tersebut masih mempunyai utang ke sejumlah donatur yang merupakan mahasiswa dari UM juga. Sekitar 100 volunteer Feskala UM juga ikut menanggung beban utang yang harus dibayarkan kepada donatur.
Salah satu volunteer, LM (20) mengaku harus membayar Rp 750 ribu untuk menanggung utang tersebut. Uang itu harus ia keluarkan untuk patungan membayar utang.
“Kalau vendor memang sudah lunas, tapi yang utang ke mahasiswa lain ini belum mas. Dan saya salah satunya yang harus bayar. Totalnya Rp 750 ribu,” ujar LM ke Malangpagi, Rabu (15/1/2023).
Uang Rp 750 ribu itu pun harus dibayar LM sebagai volunteer. Dikatakannya, jika tidak dibayar maka akan berdampak ke Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) milik LM.
“Katanya mahasiswa yang diutangi itu mau laporin dan berdampak ke catatan SKCK,” ujarnya.
Penagihan uang Rp 750 ribu itu pun dilakukan BEM baik melalui grup Whatsapp ataupun personal ke volunteer termasuk LM. “Ya bilangnya jangan lupa iurannya begitu,” katanya.
LM pun sudah membayar sebagian dari tagihan Rp 750 ribu untuk membantu ganti rugi Feskala UM. Uang itu ia bayarkan sebelum acara dan juga setelah acara Feskala UM pada November 2022.
“Kan habis acara November itu dijelaskan harus bayar sebagian. Sudah saya bayarkan,” ucapnya.
Untuk membayar sisa tagihannya, LM pun merasa keberatan. Menurutnya, sebagai mahasiswa uang sebesar itu tergolong sangat banyak. Dirinya juga merasa takut ingin meminta ke orang tuanya untuk membayar tagihan itu.
“Ya saya takut mau minta. Soalnya kan sudah minta ibu sudah dikasih. Masa minta lagi,” terangnya.
LM mengaku semakin bingung karena tagihan itu harus dibayar sebelum tanggal 25 Februari 2023 mendatang. Iapun tidak terima, jika dirinya sebagai volunteer wajib membayar utang Feskala UM yang merugi itu. “Iya tanggal 25 ini nabung dan ngurangi biaya lainnya yang tidak sedikit,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia tidak tahu menahu terkait konsep acara sejak awal. Dalam perjanjian sebagai volunteer pun tidak ada poin yang menjelaskan jika Feskala UM merugi, volunteer juga ikut membantu menutupi kerugian.
“Kami sebagai volunteer tidak pernah diajak bicara terkait konsep atau apapun sebelum acara. Perjanjiannya hanya jelasin tugas-tugas volunteer saja. Tapi kenapa ketika rugi ini kami harus ikut menanggung,” ucap LM.
LM pun mengaku awalnya ingin menjadi volunteer hanya sekadar ingin membantu secara suka rela. Selain itu, dirinya juga ingin mencari pengalaman di dunia event organizer konser musik.
“Tapi kenapa saya yang bukan panitia inti yang tidak diajak bicara harus ikut membayar. Jujur kalau ikut acara kampus konser itu agak trauma,” ujarnya.
Sementara itu, LM mengatakan, sejumlah volunteer lainnya sudah pernah melakukan protes ke pihak BEM terkait keterlibatan volunteer untuk membayar utang Feskala UM.
“Sudah pernah protes. Ada teman saya yang protes. Tapi malah ditantang sama BEM. Ditantangnya itu gak jelas seperti apa. Pokoknya dia tanya. Malah ditantang,” tutupnya. (YD)