KOTA MALANG – malangpagi.com
Banyaknya jumlah Pondok Pesantren, yang mencapai lebih dari 6.000 Ponpes di Jawa Timur, ditangkap oleh Gubernur Jawa Timur sebagai sebuah potensi untuk melaksanakan Model Pengembangan Ekonomi Masyarakat, melalui Program One Pesantren One Product (EKO-TREN OPOP). Dari program ini, telah dihasilkan ribuan produk unggulan Koppontren (Koperasi Pondok Pesantren), ribuan santri dan alumni wirausaha, serta menggerakkan perekonomian masyarakat sekitar.
Gubernur Khofifah Indar Parawansa menegaskan, EKO-TREN OPOP memiliki tiga pilar utama yang harus dibangun. “Tiga pilar itu adalah Pesantrenpreneur, Santripreneur, dan Sosiopreneur, yang merupakan satu kesatuan dan dapat mengantarkan pemberdayaan ekonomi serta menguatkan dakwah,” tegasnya, dalam acara Silaturahmi Peserta EKO-TREN OPOP Tahun 2023 di Harris Hotel and Convention Malang, Jumat (17/3/2023).
Lebih lanjut Khofifah menyebut, Pesantrenpreneur adalah pemberdayaan ekonomi pesantren melalui Koppontren dan badan usaha lainnya. “Sedangkan Santripreneur merupakan pemberdayaan santri menjadi entrepreneur melalui laboratorium kewirausahaan dan skill vokasional,” ujarnya.
Sedangkan Sosiopreneur yaitu pemberdayaan usaha alumni pesantren melalui sinergi dan kolaborasi dengan usaha Ponpes dan masyarakat.
“Pesantrenpreneur, Santripreneur, Sosiopreneur adalah sebuah ekosistem yang telah tumbuh dan berkembang dengan penguatan sinergi bersama dan semangat bersama,” jelas Khofifah.
“Bahwa ekosistem OPOP benar-benar mengantarkan kemandirian dan pemberdayaan ekonomi. Baik pesantrennya maupun santrinya. Insyaallah, jika tiga pilar ini dikuatkan, maka dakwah bil-hal makin mengemuka, dan jihad bil maal akan menguat,” imbuh Gubernur.
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah Provinsi Jawa Timur Andromeda Qomariah, yang menerangkan bahwa tiga pilar EKO-TREN OPOP merupakan salah satu pengembangan ekonomi berbasis Pondok Pesantren dan masyarakat. “Target kami sampai 2024 itu 1.000 Ponpes. Alhamdulillah sudah tercapai, bahkan melebihi,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini Ponpes bukan semata sebagai tempat pendidikan agama atau tempat dakwah, namun juga sebagai media pengembangan ekonomi. “Sehingga diharapkan dengan adanya EKO-TREN OPOP, para santri mendapatkan manfaat dengan menjadi wirausaha dan mampu mengelola usaha,” tutur Andromeda.
Andromeda pun menyampaikan bahwa program EKO-TREN OPOP telah berjalan sejak 2019. “Kemudian pada 2022, EKO-TREN OPOP meraih Top Terpuji 45 dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2022 dari Kementerian PAN-RB, serta mengantarkan Jawa Timur meraih Penghargaan Inovasi Government Award 2022,” jelasnya.
Menurutnya, implementasi EKO-TREN OPOP dilakukan melalui sinergi pentaheliks yang melibatkan pemerintah, bisnis, akademisi, komunitas, dan media. Di mana kolaborasi tersebut menjalankan perannya masing-masing pada lima aspek. Yaitu kelembagaan dan usaha, sumber daya manusia, kualitas produk, pemasaran, dan pembiayaan.
Sinergi dan kolaborasi, sambung Andomeda, menghasilkan peran aktif berbagai pihak. Di antaranya Bank Indonesia yang memberikan sertifikat halal bagi 113 produk Ponpes, dan sertifikasi Dewan Pengawas Syariah bagi 120 Koppontren.
“Ada pula Bank Jatim yang memfasilitasi Kartu Bank Jatim Berdaya dan Kartu Santri OPOP Jatim. Sedangkan dari Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah Provinsi Jawa Timur telah memberikan beberapa fasilitas. Antara lain penguatan kelembagaan Koppontren melalui Akte Pendirian Koperasi kepada 78 Koppontren dan 30 Koperasi Syariah,” beber Andromeda.
“Selain itu, ada pula fasilitas sertifikasi halal, desain kemasan, perluasan akses pemasaran baik melalui outlet maupun online, membuat katalog produk yang bekerjasama dengan Kedutaan Inggris di Jakarta, peningkatan kompetensi dan pelatihan akuntansi perpajakan serta memfasilitasi launching Tabungan Santri Bank Jatim Syariah,” tutupnya. (Har/MAS)