KOTA MALANG – malangpagi.com
Dengan wajah kurang bersemangat, Bayakup (51) sabar menunggu pelanggan yang ingin menukar uang baru. Ditemui di lapaknya di depan Mal Alun-Alun Malang (Ramayana), dirinya mengungkapkan bahwa menjelang lebaran kali ini jasa penukaran uang merosot tajam dibandingkan tahun lalu.
“Padahal tahun lalu pandemi sedang gencar-gencarnya. Tapi animo masyarakat menukar uang cukup tinggi. Saat ini penjualan lesu. Hingga H-4, omzet masih berkutat di sekitar 4 juta sampai 5 juta,” ungkap Bayakup kepada Malang Pagi, Rabu (27/4/2022).
Menurut Abah Asyik, panggilan populer Bayakub, merosotnya jasa penukaran uang baru tak lepas dari melambungnya harga minyak goreng. “Saya kira kenaikan harga minyak goreng yang naik drastis menjadi salah satu biang keladi lesunya penukaran jasa uang baru ini,” tukasnya.
Dikatakannya, keuntungan tahun lalu selama satu bulan berkisar antara 25 juta sampai 30 juta rupiah. Tetapi melihat sepinya pengunjung pada tahun ini, lelaki asal Pulau Madura tersebut merasa pesimistis dapat meraup laba seperti tahun sebelumnya. “Pokoknya jika H-9 sepi, maka alamat akan sepi saat menjelang lebaran,” ucapnya.
Bayakub mengaku dirinya harus menyiapkan modal awal sebesar 50 juta untuk memulai usaha jasa penukaran uang setiap tahunnya. Namun sebagian besar modal berasal dari juragan, begitu Ia menyebut. “Saya mendapat komisi 2,5 persen dari penjualan,” katanya.
Pria yang sudah menggeluti usaha ini hampir 12 tahun tersebut mengatakan, uang yang paling dicari adalah pecahan 5 ribu, dengan besaran jasa per Rp100.000 dipatok sebesar Rp10.000 rupiah, “Namun saat mendekati lebaran jasanya bisa mencapai Rp25.000,” ungkapnya.
Meskipun lesu, namun Abah Asyik masih berharap banyak pelanggan yang akan menukar uang baru di hari-hari terakhir Ramadan. “Semoga H-1 atau H-2 lebaran banyak pelanggan yang menukarkan uang baru,” pungkasnya. (Har/MAS)