KABUPATEN MALANG – malangpagi.com
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat untuk melestarikan adat tradisi dan kelembagaan budaya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang menyelenggarakan Festival Kebudayaan Lereng Kawi, bertempat di halaman Balai Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Minggu (14/8/2022).
Disampaikan oleh Ketua Panitia, Anwar Supriyadi, dalam penyelenggaraan ini Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Malang menggandeng Pemerintah Desa Selorejo. Rangkaian acara dimulai dengan menggelar Selamatan Sumber Inti di empat lokasi secara bersamaan (31/7), Arak-arakan Gunungan Opak dan Jeruk (12/8), pergelaran Wayang Kulit dengan dalang Ki Ardi Purbo Antono (13/8), dan puncak kegiatan adalah Festival Kebudayaan Lereng Kawi (14/8).
Sebanyak 10 desa yang berada di lereng Gunung Kawi ikut serta dalam Festival Budaya kali ini. Di antaranya Desa Selorejo (Dau), Tegalweru (Dau, Landungsari (Dau), Petungsewu (Dau), Desa Kucur (Dau), Jambuer (Kromengan), Wonosari (Wonosari), Balesari (Ngajum), dan Sukodadi (Wagir).
“Alhamdulillah, rangkaian acara adat tradisi berjalan lancar dan sukses. Selain meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelestarian adat tradisi dan kelembagaan budaya, festival ini juga bertujuan untuk mewariskan adat tradisi leluhur dan nenek moyang. Serta memanfaatkan pelestarian adat tradisi dan kelembagaan budaya sebagai penunjang destinasi budaya,” papar Anwar Supriyadi, yang menjabat sebagai Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Purwoto, menginginkan Festival Lereng Kawi menjadi agenda rutin tahunan. Menurutnya, desa-desa yang terletak di lereng Kawi memiliki adat tradisi budaya yang adiluhung. “Setiap tahunnya festival ini harus tetap ada. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang akan mencoba menginisiasi penyelenggaraanya rutin setiap tahun,” terangnya.
Menurut Purwoto, selama ini kegiatan budaya di desa-desa hanya tampil di meonen-momen tertentu. Seperti karnaval 17-an, bersih desa, dan lainnya. “Antusiasme generasi muda di desa sekitar lereng Kawi dalam uri-uri budayanya patut diapresiasi. Adik-adik generasi muda tampil luar biasa dalam acara ini. Baik yang tergabung dalam sanggar seni, atau melakukan latihan di sekolah secara mandiri,” sebutnya.
“Kami meminta masukan dari senior, sesepuh, pini sepuh, pemerhati budaya, para seniman, serta Bapak Ibu Kepala Desa untuk memberi masukan untuk pergelaran serupa di masa mendatang. Agar tradisi budaya yang adiluhung ini tetap lestari, tidak lenyap ditelan zaman yang sangat kental dengan teknologi,” tutup Purwoto. (DK99/MAS)