KOTA BATU – malangpagi.com
Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, dikenal sebagai salah satu daerah penghasil strawberry terbaik di Jawa Timur. Kepala Desa Pandanrejo, Abdul Manan menyebutkan untuk menopang dan meningkatkan pariwisata dan ekonomi lokal dalam beberapa tahun terakhir, desa ini telah mengembangkan konsep agrowisata dengan fokus pada wisata petik strawberry.
Tak hanya menarik minat para wisatawan lokal dan mancanegara, lanjut Manan, desa ini juga memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian dan pariwisata lokal.
“Lumbung Strawberry Desa Pandanrejo telah menjadi pusat perhatian berkat keunikan dan keaslian pengalaman yang ditawarkan kepada pengunjung. Terdapat di perbukitan Desa Pandanrejo yang memungkinkan tanaman strawberry tumbuh dengan subur, kebun-kebun di sini menyajikan pemandangan yang indah serta kesegaran buah strawberry yang bisa dipetik langsung oleh pengunjung,” ucapnya saat ditemui di Kantor Desa Pandanrejo, Senin (4/3/2024).
Manan menyebutkan konsep agrowisata ini diluncurkan sebagai inisiatif Wali Kota Batu sebelumnya yaitu Almarhum Edy Rumpoko, yang ingin Kota Batu khusunya Desa Pandanrejo tidak hanya menjadi penonton saja untuk pariwisata petik strawbery.
“Tujuannya adalah untuk mengangkat potensi ekonomi desa sekaligus memberikan nilai tambah bagi produk pertanian lokal. Dengan menggabungkan pertanian dan pariwisata, Desa Pandanrejo berhasil menciptakan model pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Pengunjung yang datang ke Lumbung Strawberry Desa Pandanrejo tidak hanya diberi kesempatan untuk memetik strawberry segar dari pohonnya, tetapi juga diajak untuk mempelajari proses budidaya strawberry yang baik dan benar langsung dari para petani.
“Selain wisata petik, Lumbung Strawberry juga menyediakan berbagai fasilitas dan aktivitas lain yang mendukung pengalaman wisata, seperti area bermain anak, kafe yang menyajikan makanan dan minuman sehingga bisa menambah daya tarik,” paparnya.
Abdul Manan menyatakan bahwa program agrowisata strawberry ini telah berkontribusi signifikan terhadap peningkatan pariwisata lokal. “Untuk tarif yang dikenakan masuk kedalam Lumbung strawberry sebesar Rp 20 ribu, dan jika ingin membawa pulang strawbery dikenakan biaya Rp 60-80 ribu per kg nya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Diskoperindag Kota Batu, Aries Setiawan menjelaskan pemerintah Kota Batu melalui Diskoperindag mengapresiasi kesuksesan program ini dan berencana untuk mereplikasi model yang ada di Desa Pandanrejo di desa-desa lain. Hal ini diharapkan dapat lebih mengangkat potensi ekonomi dan pariwisata lokal, serta mempromosikan pertanian berkelanjutan di Kota Batu.
“Lumbung Strawberry Desa Pandanrejo telah membuktikan bahwa dengan inovasi dan kolaborasi yang baik, pertanian dan pariwisata bisa menjadi kombinasi yang kuat untuk mengangkat ekonomi lokal. Ke depannya, saya desa ini dapat terus berkembang dan menjadi model bagi pengembangan agrowisata di Indonesia,” lugasnya.
“Kami juga Diskoperindag Kota Batu siap membantu Lumbung Strawbery ini agar lebih dikenal masyarakat luas bukan hanya yang ada di Kota Batu saja. Usaha kami akan dilakukan dalam bentuk pameran,” pungkasnya. (MK/MP)