KOTA BATU – malangpagi.com
Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro memiliki banyak makna termasuk bulan yang sakral. Tak heran jika di sepanjang bulan ini banyak digelar kegiatan ritual.
Salah satunya perayaan Pawon Suro yang digelar di Dusun Ngrembuk, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu pada Selasa, 7 September 2021 atau tahun 1955 Saka menurut kalender Jawa.
Perayaan ini berupa rangkaian tradisi memasak bubur atau jenang suro dari pagi hari hingga petang.
Pada pagi hari, warga mempersiapkan pawon (dapur) tempat tungku lengkap dengan kenceng (wajan) besar sebagai tempat membuat jenang suro. Sebelum memasak, terlebih dahulu dilakukan ritual hening bersama, dilanjutkan dengan penyalaan api untuk memulai memasak.
Disampaikan Bibit Samini selaku perwakilan dari Penghayat Kota Batu, ritual memasak jenang suro hanya dapat dilakukan oleh empat perempuan yang sudah menikah.
“Maknanya Kaki Towok yang mengolah jiwa rasa, dan Nini Towok yang mengolah upaya rasa. Merekalah yang memasukkan santan ke dalam kenceng. Setelah santan mendidih, kemudian dimasukkan beras dan biji-bijian.” jelasnya. Kaki Towok dan Nini Towok adalah sepasang makhluk halus penunggu tungku dapur menurut kepercayaan masyarakat Jawa kuno.
Ketika jenang suro sudah matang pada siang hari, atau sekitar pukul 13.00 WIB, sebagian jenang dipindahkan ke takir [wadah jenang dari daun pisang] untuk kemudian dibawa ke punden, makam keramat dari tokoh leluhur Dusun Ngrembug.
Pada sore harinya barulah diselenggarakan acara seremonial yang dihadiri istri Wakil Walikota Batu, Wibi Asri Fianti Punjul. Dalam sambutannya, Wibi menyambut baik digelarnya tradisi Pawon Suro ini, yang menurutnya dapat memberi pelajaran bagi generasi penerus bangsa selaku uri-uri (pelestari) budaya.
Sementara itu, Ketua RT dari Dusun Ngrembuk, Yuli, berterima kasih kepada seluruh pendukung perayaan Pawon Suro, yang juga mengusung doa lintas agama. (TNT/MAS)