KABUPATEN MALANG, Malangpagi.com
Perempuan Kebaya Malang Raya (PKMR) didirikan 7 Mei 2020. Komunitas yang beranggotakan mayoritas ibu – ibu ini bergerak di bidang sosial. Meskipun komunitas ini tergolong masih seumur jagung, tapi sudah melangkah jauh terkait sosial. Beberapa giat Baksos (Bakti Sosial) pun kerap dilakukan di beberapa titik di Malang Raya.
Sudah kesekian kalinya PKMR melaksanakan Baksos dibarengi pembuatan film dokumenter. Kali ini, PKMR menjalin sinergisitas dengan padepokan “Eyang Panji” . Suasana out door jadi rujukan, tepatnya di Bumi Perkemahan Bedengan, Jalan Selokerto, Godehan, Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Sabtu 12 Juli 2020.
Sebelum giat dilaksanakan pada Minggu pagi, perwakilan PKMR sudah berkunjung kepada pihak Pemdes (Pemerintah Desa) Selorejo, Sabtu Sore (11/07/2020). Tujuan kedatangan tersebut untuk meminta izin dan menyampaikan serangkaian kegiatan yang akan di lakukan. Tentu niat baik tersebut langsung di disambut baik oleh pihak Kepala Desa setempat. Tak hanya itu, Pemerintah Desa Selorejo juga menyatakan suport dan mendukung rencana giat PKMR tersebut.
Saat memberikan arahan, Pelindung PKMR “Ki Wahyu Hidayat” menyampaikan, agar tetap satu komando di bawah arahan Ketua PKMR, Hj.Rossa Romlah. Agar kedatangan semua anggota di lokasi outdoor dapat mengisi daftar absen, kemudian mengikuti petunjuk dan arahan sesuai randon acara.
“Selain baksos kepada masyarakat, dan memberikan 1 unit computer kepada pihak Pemerintah Desa Selorejo. Giat hari ini dilanjutkan dengan pembuatan film dokumenter. Karena kami menilai dalam lokasi tersebut sangat bagus ketika kita angkat budaya khas Malangan,”pungkas pria yang akrab disapa Ki Wahyu ini.
Menurut pria yang juga sebagai pemangku padepokan ” Eyang Panji ” menuturkan, budaya asli Malangan bukan dari pakaian maupun udeng saja, melainkan juga dari sikap perilaku dan cara pergaulan sehari – hari.
Pada kesempatan kali ini, ia meminta pada anggota PKMR untuk belajar bahasa kiwalan atau walikan istilahnya (Bahasa Jawa yang di balik). Harapannya saat season wawancara oleh tim pembuat film para anggota bisa 1,2 hingga 10 kalimat menggunakan bahasa walik an khas Malangan,”tuturnya
“Karena menurut kami, istilah jawa boso walik an (Bahasa Terbalik) adalah budaya asli khas Malangan. Maka dengan demikian akan jadi rekam jejak budaya Malangan diprakarsai oleh PKMR. Untuk kedepannya giat ini akan melibatkan Kota batu, Kabupaten Malang dan Kota Malang. Sedangkan saat shotting akan ditempel protap Covid -19, nanti berkerja sama dengan salah satu pihak posko Covid-19 di Kota Malang,” tandas orang no satu di PT Gong Mas ini.
Lanjutnya, saat ini ada beberapa pihak yang ingin bergabung, tentu kedepannya ada yang mendanai giat ini, sehingga terkait pendanaan kurang lebihnya tidak terlalu berat. Kami berharap untuk Malang Protap Covid -19 tidak membebankan pendanaan serupiah pun pada anggota nya, termasuk juga terkait film dokumenter budaya asli Malangan. Biar kami selaku pelindung dan ketua PKMR yang menanggung semua pembiayaan,”tutupnya.
Ia juga mengingatkan kembali pentingnya kesolidan, kekeluargaan, dan kebersamaan pengurus dan anggota PKMR. Dengan tetap mempertahankan kesetaraan di dalam tubuh KPMR tanpa perbedaan. Ia juga menyampaikan kepada anggotanya ,agar tetap mempertahankan kedisplinan terkait protokol kesehatan dan physical distancing.
Reporter: Doni Kurniawan
Editor: Tim Redaksi