
KOTA BATU – malangpagi.com
Dinas Kesehatan Kota Batu mengaku bahwa pihaknya menghadapi tantangan serius dengan adanya peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayahnya. Data yang dihimpun sepanjang Januari 2024 melaporkan 36 kasus kasus DBD, berikut 24 kasus Demam Dengue (DD), dan dua kasus Dengue Shock Syndrome (DSS).
“Paling banyak terdapat di Kecamatan Batu sebanyak 18 kasus. Di Kelurahan Temas ditemukan 14 kasus dengan DSS ada 2 kasus, di mana satu di antaranya meninggal dunia, yaitu balita usia 4 tahun,” papar dr. Susana Indahwati selaku Koordinator Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penanganan Bencana Dinas Kesehatan Kota Batu, Sabtu (24/2/2024).
“Sementara di Kelurahan Sisir terdapat 2 kasus, Desa Sidomulyo satu kasus, Desa Oro-Oro Ombo 3 kasus, Kelurahan Ngaglik 3 kasus, Desa Sumberejo 2 kasus, dan Desa Pesanggrahan satu kasus,” tambahnya.
“Untuk Kecamatan Junrejo terdapat 7 kasus. Dengan rincian 2 kasus di Desa Tlekung, Desa Junrejo 4 kasus, dan Desa Pendem satu kasus. Sedangkan di Kecamatan Bumiaji hanya ditemukan 1 kasus, yaitu di Desa Gunungsari,” lanjut Dokterr Susan.
Adapun untuk 24 kasus DD di Kota Batu, terbagi menjadi 15 kasus di Kecamatan Batu. Yaitu 5 kasus di Desa Oro-Oro Ombo, 4 kasus di Kelurahan Ngaglik, 4 kasus di Kelurahan Temas, dan dua kasus di Kelurahan Sisir.
“Berikutnya di Kecamatan Junrejo ditemukan 7 kasus. Tebagi menjadi 3 kasus di Desa Junrejo , 3 kasus di Desa Beji, dan satu kasus di Desa Mojorejo. Kemudian Kecamatan Bumiaji terdapat 2 kasus, yaitu di Desa Pandanrejo dan Desa Giripurno,” terang Dokter Susan.
Terkait kejadian ini, pihak Dinkes Kota Batu mengaku telah melakukan langkah-langkah konkret untuk mengatasi peningkatan kasus DBD di wilayahnya. “Kami tengah fokus melakukan pencegahan dan penanggulangan kasus DBD. Seluruh Puskesmas di Kota Batu aktif melakukan sosialisasi tentang pencegahan DBD kepada masyarakat,” ujar Susan.
Dokter Susan pun menegaskan akan meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan kasus DBD. “Satu nyawa yang hilang, terutama seorang balita, menjadi pukulan keras bagi kita semua. Namun ini menjadi momentum bagi kami untuk lebih giat dalam memberikan edukasi dan melakukan pencegahan agar tak ada lagi korban jiwa,” tuturnya.
Peningkatan kasus DBD ini juga memicu Dinas Kesehatan untuk memperketat pengawasan terhadap wilayah-wilayah yang dianggap rawan penyebaran virus ini. Petugas kesehatan diterjunkan ke lapangan untuk melakukan penyuluhan, dan langkah-langkah lain yang dianggap perlu untuk memutus mata rantai penularan DBD.
“Selain itu, kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk secara aktif melakukan pencegahan di rumah masing-masing. Antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan, menghindari penumpukan air di tempat-tempat yang rentan sebagai sarang nyamuk Aedes Aegypti, dan menggunakan kelambu saat tidur,” papar Susan.
Dinkes juga meminta kepada masyarakat untuk segera mencari pertolongan medis jika mengalami gejala-gejala DBD. Seperti demam tinggi, nyeri sendi dan otot, serta munculnya bintik-bintik merah di kulit. Pencegahan dan penanganan dini merupakan kunci utama dalam menghadapi wabah DBD.
“Dalam konteks pencegahan, Dinas Kesehatan Kota Batu bekerjasama dengan berbagai pihak, termasuk sekolah-sekolah, Puskesmas, dan lembaga masyarakat lainnya, untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap DBD. Pendidikan kesehatan dan informasi yang akurat menjadi senjata utama untuk melawan penyebaran penyakit ini,” ungkapnya.
“Keterlibatan semua pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat, menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang muncul. Peningkatan pemahaman dan tindakan preventif yang tepat dapat membantu memutus mata rantai penyebaran DBD di Kota Batu,” tutup Susan. (MK/MAS)