KOTA MALANG – malangpagi.com
Walikota Malang Sutiaji mengajak masyarakat Kota Malang untuk terus waspada dan bijaksana dalam menggunakan media sosial yang menjamur di era disrupsi.
“Kuatkan literasi bermedia sosial dengan cara saring sebelum share, dipahami dahulu sebelum menyebarkan. Selain itu, isilah ruang digital dengan hal-hal positif,” ajak Sutiaji , dalam Pelatihan Media Sosial yang diselenggarakan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Malang, Rabu (23/3/2022).
Dalam perhelatan di Hotel Ijen Suite tersebut, Sutiaji menekankan bahwa digitalisasi tidak hanya berdampak pada kebiasaan dan pola aktivitas. Namun juga menyentuh sisi budaya dan dan karakteristik manusia serta interaksi bermasyarakat.
“Media sosial menjadi salah satu wujud platform yang berdampak signifikan pada pola masyarakat. Maka membuka diri, beradaptasi, dan berusaha maju dengan memandang perubahan sebagai peluang dengan penguatan identitas diri,” tutur alumni UIN Maulana Malik Ibrahim itu.
Sesuai tema yang diusung, “Bijak dan Produktif di Era Disrupsi Digital”, orang nomor satu di Kota Malang tersebut mengimbau masyarakat untuk memanfaatkan peluang di era disrupsi, dengan menumbuhkan produktivitas dan kreativitas.
“Ayo, bekali diri dengan kapasitas teknis yang dibutuhkan di era digital dengan pengembangan UMKM on boarding digital. Tetapi kemampuan teknis yang dimiliki juga harus diimbangi dengan kapasitas moral, integritas, dan budaya,” pesan Sutiaji.
Lebih lanjut, dirinya memaparkan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 204,7 juta pengguna internet dengan 191,4 juta pengguna media sosial aktif, atau setara dengan 63,9 persen populasi, dengan rata-rata durasi penggunaan medsos harian sekitar 3 jam 17 menit.
“Tren pemanfaatan internet dan media sosial ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Yang secara umum menunjukkan makin luasnya pemanfaatan internet dan media sosial. Namun terjadi pergeseran di sejumlah platform beserta pemanfaatannya,” urai Sutiaji.
Pria asal Lamongan itu menyebut, Indonesia saat ini menempati peringkat ke 62 dari 70 negara yang memiliki tingkat literasi rendah. Akibatnya, rentan terpapar dampak negatif digitalisasi termasuk media sosial. Sehingga menyebabkan menjamurnya hoaks, kejahatan digital, penipuan, bahkan kejahatan seksual.
“Terorisme pun menyebar melalui berbagai platform internet. Dampak negatif lainnya yaitu dapat menimbulkan kemarahan, karena adanya fitnah dan membuka aib orang lain. Lebih parahnya, mulai luntur nilai-nilai dan budaya nusantara,” jelas Sutiaji.
Mengantisipasi kemungkinan buruk yang ditimbulkannya dengan kemajuan teknologi di era disrupsi ini, Sutiaji terus mengajak dan mengimbau untuk bersama-sama menguatkan literasi, dengan cara mengedukasi dari lingkungan terdekat seperti keluarga.
“Mari syiarkan kebaikan, seperti yang diungkapkan Ki Hajar Dewantara. Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani, untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” pesan dari sosok yang dinobatkan sebagai Bapak UMKM itu.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Diskominfo Kota Malang, Muhammad Nur Widianto mengungkapkan bahwa kegiatan ini adalah untuk memberikan gambaran dan pemahaman kepada masyarakat, mengenai etika bermedia sosial sesuai undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
“Kegiatan ini untuk mewujudkan masyarakat yang produktif, inovatif, dan memiliki etika dalam memproduksi informasi. Sehingga, dapat mendorong peningkatan literasi digital, khususnya melalui media sosial,” jelas Wiwid, sapaan akrabnya.
Acara tersebut diikuti 119 peserta, yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat, pelajar, organisasi masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). dan komunitas.
Kegiatan ini merupakan perwujudan hasil Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) dan jaring aspirasi oleh DPRD Kota Malang melalui metode bottom up. Yaitu sebuah pendekatan agar tujuan dapat tercapai sesuai sasaran. (Har/MAS)