KOTA MALANG – malangpagi.com
Walikota Malang Sutiaji menyatakan bahwa dirinya tidak pernah menggunakan istilah Halal City, sebagaimana isu yang berembus.
“Kami tidak pernah menyatakan Halal City. Yang ada adalah Malang Halal, maknanya adalah Center of Halal Tourism. Jadi, jangan dibuat diksi apabila Malang Halal itu adalah Malang Syari. Salah besar,” jelas Sutiaji, dilansir dari laman Diskominfo, Jumat (18/2/2022).
“Di RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) di misi ketiganya adalah mewujudkan kota yang toleran dalam keberagaman,”imbuh orang nomor satu di Kota Malang itu, mencoba mengklarifikasi terkait polemik Halal City yang menjadi viral beberaha hari terakhir.
Sutiaji lantas membeberkan enam konsep untuk mewujudkan Kota Malang sebagai Center of Halal Tourism. Menurutnya, wacana tersebut termuat dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Malang Nomor 1 tahun 2019 tentang RPJMD Kota Malang 2018–2023, serta diatur dalam perubahannya yang tertuang dalam Perda Nomor 5 tahun 2021.
“Jadi enam konsep tersebut ada di pengembangan destinasi wisata halal, kerja sama standarisasi halal di hotel, destinasi kuliner halal, penguatan kapasitas sumber daya manusia halal, dan promosi paket wisata halal,” terang alumni UIN Maulana Malik Ibrahim Malang itu.
Dirinya menyebut pariwisata halal memiliki potensi besar, dan inilah yang ditangkap sejak awal pemikiran pada 2018 lalu. “Data global musim indeks 2018 menjabarkan prediksi potensi wisata halal di seluruh dunia mencapai 158 juta wisatawan, dengan nilai ekonomi hingga 220 miliar dolar AS,” papar Sutiaji.
Sutiaji pun lantas mencontohkan penerapan Halal Tourism di Jepang, Korea, dan sejumlah negara lainnya, sebagai bentuk identik dengan strategi yang ingin dicapai Kota Malang.
Maka, dari itu Sutiaji menegaskan tidak pernah menggunakan istilah Halal City, karena pihaknya menjamin Kota Malang senantiasa menghargai keberagaman, yang merupakan sebuah kekayaan, keunikan, dan sebagai modal tumbuh kembang Kota Pendidikan tersebut.
“Kami bersama Forkompinda (Forum Komunikasi Perangkat Daerah) rutin berkeliling tempat ibadah keagamaan, untuk memelihara komunikasi dan menjaga kerukunan,” tutur pria kelahiran Lamongan itu.
Atas dasar itulah, Sutiaji mengimbau masyarakat di Kota Malang dan seluruh Indonesia, agar tidak terpancing perdebatan yang akan menggiring menuju isu SARA.
“Malang itu miniatur Indonesia dan selama ini kondusif. Masyarakatnya hidup berdampingan. Tidak mungkinlah Malang akan dibuat berkonotasi dengan penerapan syariat agama tertentu. Jangan sampai Malang Halal ditafsirkan lain,” pungkas Sutiaji. (Har/MAS)