KABUPATEN MALANG – malangpagi.com
Tragedi Kanjuruhan telah menyisakan duka. 131 korban meninggal, 23 orang luka berat dan sedang serta sebanyak 420 orang luka ringan. Untuk mendoakan para arwah yang meninggal, ratusan umat Hindu menggelar doa bersama di halaman Stadion Kanjuruhan.
Doa bersama tersebut dipimpin oleh Ketua Majelis Hindu Kabupaten Malang, Sutomo Adi Wijoyo. Menurutnya, peristiwa tragedi Kanjuruhan merupakan ulah manusia. “Jadi kita melihat kejadian tragedi di Bhumi Kanjuruhan ini adalah satu musibah yang awalnya itu dari ulah manusia kemudian di dalam ajaran agama Hindu ada namanya Tri Hita Karana. Artinya ada hal yang masih belum harmonis,” ucapnya saat ditemui Malang Pagi usai menggelar doa bersama. Jumat (7/10/2022).
Baginya, hubungan manusia dengan alam sekelilingnya harus seimbang. “Alam ini termasuk ada yang tidak kelihatan, dikatakan ada roh ada setan karena tidak ada hubungan harmonis mengganggu hubungan manusia. Akhirnya manusia itu bisa berpikir jahat, bisa tidak terkendali bisa melakukan pertengkaran dan sebagainya itu karena adanya gangguan -gangguan dari Barata Kala dan sering mengganggu manusia karena manusia tidak pernah melakukan hubungan yang harmonis. Maka, terjadilah musibah seperti ini,” beber Sutomo.
“Nah, kalau sudah seperti ini umat Hindu menganggapnya bumi ini kotor karena ada darah-darah dari manusia yang berceceran. Maka, harus diupacari supaya bumi ini kembali suci dan bersih lagi,” imbuhnya.
Dalam upacara tersebut juga terdapat sesaji dan dupa. “Tujuan untuk mensomiakan para Batara Kala, maka diberikan caru (kurban suci). Harapan pertama untuk mensomiakan agar Batara Kala memahami kodratnya dia sebagai setan, jin supaya dia tidak mempengaruhi pikiran-pikiran jahat pada manusia,” tuturnya.
Harapan kedua untuk menyucikan bumi ini dari bercak-bercak darah supaya suci lagi melalui upacara. “Dan yang terakhir kita mengirim doa kepada arwah-arwah yang meninggal. Karena menurut umat Hindu ini yang namanya orang pati ada tiga hal penyebabnya. Salah satunya salah pati artinya yang dipaksakan untuk mati. “Maka, ini harus diberikan satu doa supaya dapat mengantarkan para arwah yang sudah pisah dari raga itu supaya tahu jalannya menuju surga atau nirwana melalui doa yang dipanjatkan oleh teman-teman kita,” terang Sutomo.
“Tentunya ini akan didukung oleh sahabat-sahabat kita dari agama lain. Doa dari apapun yang ada di Indonesia ini semuanya akan bersinergi. Bersama-sama mendoakan dan mengantarkan sang ruh ke dalam nirwana,” harapnya.
Saat disingung sudah adanya tersangka dalam tragedi Kanjuruhan, Sutomo menyebut sebagai hukum karma. “Negara kita adalah negara hukum, kita harus menghormati hukum. Yang lahir ini ada hukum lahir, adanya tersangka ini menurut agama Hindu adalah hukum karma. Menurut kami siapa yang salah harus konsekuen harus menerima yang sudah diperbuat,” tandasnya. (Har/YD)