KOTA BATU – malangpagi.com
Villa Bima-Shakti yang terletak di Taman Rekreasi Selecta, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu tercatat dalam sejarah pernah menjadi tempat persinggahan Presiden Pertama RI Soekarno.
Proklamator Kemerdekaan RI tersebut sempat menuangkan memori tentang Selecta. Bukan hanya karena keindahannya, tetapi juga karena di Selecta diambil beberapa keputusan penting saat masa-masa perjuangan. “Selecta dibangun secara bertahap dengan sumber daya dan pendanaan sendiri, menjadi suatu pencapaian yang dapat menjadi kebanggaan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang terus berkembang,” begitu bunyi tulisan Bung Karno di atas batu prasasti yang berrada di Selecta.
Sementara itu, Direktur Utama Selecta, Sujud Hariadi, menyebutkan bahwa Selecta didirikan pada 1928 oleh Franciscus de Ruitjer de Wildt, warga Belanda yang lahir di Banyumas, dari keluarga administrator Pabrik Gula Klampok serta berbentuk PT yang bernama De Brandarice.
“Sejak awal, kawasan ini dirancang sebagai pertanian. Namun melihat kontur tanahnya, kemudian diubah menjadi tempat peristirahatan dengan fasilitas kolam renang. Terletak di luar pusat kota dan berada di ketinggian, lalu Selecta dianggap sebagai destinasi potensial untuk wisata,” ucap Sujud, Jumat (29/12/2023).
Lebih lanjut dirinya mengungkapkan bahwa Selecta pernah beralih kepemilikan, dikarenakan pemilik sebelumnya ditawan. Tempat tersebut selanjutnya dikelola oleh pihak Jepang, yang pada saat itu telah menginvasi Indonesia. “Ketika dipegang Belanda (Selecta) khusus hanya untuk warga keturunan Eropa. Tetapi saat dikelola Jepang, pribumi diperbolehkan. Setelah Jepang pergi, barulah Selecta digunakan kembali untuk pertanian,” papar Ketua PHRI Kota Batu tersebut.
Pada 1943 atau 1944, Presiden Soekarno mengganti nama villa menjadi Bima-Shakti, diambil dari tokoh pewayangan. “Kalau tidak salah ingat, Bung Karno menginap selama lima hari, karena memiliki agenda di Malang,” terang Sujud.
Menurut Sujud, bangunan villa tersebut pernah dimusnahkan oleh masyarakat pada 1948, dikarenakan masyarakat takut Selecta itu diambil kembali oleh Belanda saat Agresi Militer II. “Pada 1950, masyarakat patungan untuk membeli lahan tersebut dari Belanda,” jelasnya.
“Dua pesan yang ditinggalkan oleh Bung Karno sekarang diabadikan dalam sebuah prasasti, yang dipasang di pintu masuk wahana Taman Bunga Selecta, sehingga memungkinkan pengunjung dengan jelas melihat dan membaca tulisan Bung Karno di prasasti tersebut,” tutup Sujud. (MK/MAS)