KOTA MALANG – malangpagi.com
Gelegar suara Blanggur menyemarakkan peringatan HUT ke-110 Kota Malang pada Minggu petang (31/3/2024), berupa gelaran doa bersama serta silaturahmi dengan para ulama dan umara se-Kota Malang. Acara digelar di Alun-Alun Merdeka, tepat di depan Masjid Jami Kota Malang.
Blanggur adalah sejenis ‘meriam’ dari bambu yang dilubangi dan diisi dengan bahan bakar. bambu tersebut dahulu kala dinyalakan sebagai tradisi khas menjelang berbuka puasa di wilayah Malang Raya. Suara yang dihasilkan begitu menggelegar. Terdengar bunyi ‘blaang’ disusul suara ledakan ‘gluur’, hingga kemudian disebut sebagai Blanggur.
Pj Walikota Malang, Wahyu Hidayat, mengatakan bahwa kembalinya Blanggur merupakan pengingat bahwa Kota Malang pernah memiliki satu tradisi mulai terlupakan. “Dulu Blanggur dibunyikan hanya di Alun-Alun, bertepatan saat berbuka puasa. Itulah alasan kegiatan pemanjatan doa ini kami laksanakan di Alun-Alun. Hal ini juga sebagai momentum untuk menolak lupa akan tradisi dan sejarah yang pernah ada di Kota Malang” ungkapnya. Menurut orang nomor satu di Kota Malang itu, kembalinya Blanggur membawa banyak orang bernostalgia dengan masa kecilnya.
Adapun kegiatan doa bersama lintas agama digelar bertujuan untuk mendoakan Kota Malang agar lebih kondusif, dan pembangunannya dapat berjalan sesuai keinginan masyarakat. Wahyu menuturkan, doa yang dipanjatkan merupakan wujud kesadaran sebagai manusia yang penuh keterbatasan dan kekurangan. “Memohon petunjuk dan bimbingan kepada Tuhan yang Maha Esa adalah sebuah keharusan untuk mendapatkan rida-Nya,” ucap Pj Walikota.
Pada kesempatan tersebut, Wahyu pun mengajak masyarakat Kota Malang untuk memperkuat kerjasama, dan menjadikan peringatan HUT ke-110 ini untuk memacu semangat dan mengabdi lebih baik dalam menghadapi tantangan yang ada.
Dalam kegiatan yang menjadi bagian dari rangkaian peringatan HUT ke-110 Kota Malang tersebut juga dilaksanakan penyaluran santunan kepada 110 anak yatim piatu.
Di tempat yang sama, Nashir, salah satu warga yang ikut menyaksikan kembalinya tradisi Blanggur di Alun-Alun Merdeka, mengaku senang karena membuatnya teringat akan masa kecilnya. Sekitar 1980 an, dirinya bersama teman-temannya rela berjalan kaki hanya untuk mendengarkan menyaksikan penyalaan Blanggur. “Rasanya gembira saat mendengar suara Blanggur berdentum. Kebetulan rumah saya di Kasin, dan hampir setiap hari selama Ramadan rela datang ke Alun-Alun untuk mendengarkan secara langsung suara Blanggur,” ujarnya kepada Malang Pagi.
“Dulu warga Kota Malang –baik orang tua, remaja, dan anak-anak– berbondong-bondong ke Alun-Alun menjelang saat berbuka puasa, hanya untuk mendengarkan bunyi Blanggur. Setelah itu, mereka bergegas pulang untuk berbuka puasa di rumah masing-masing. Ada kebahagiaan di sana, ada sensasinya juga,” beber Nashir. Dirinya pun berharap, pada Ramadan selanjutnya tradisi Blanggur ini tetap dilestarikan. (Har/MAS)