KOTA MALANG – Malangpagi.com
Terkait maraknya penolakan pemulasaran jenazah Covid-19 dibeberapa tempat, membuat pendiri Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur (JKJT), Agustinus Tedja Bawana memberikan tanggapan secara serius.
Pria yang juga selaku tim monitoring manajemen bencana ini mengatakan, rata – rata hampir semua kematian dianggap sebagai covid-19 dan diperlakukan protokol pemulasaran covid-19.
“Rata-rata hampir semua kematian dianggap sebagai Covid-19 dan diperlukan protokol pemulasaran Covid-19. Namun, apakah pernah disinggung soal penyakit bawaan kepada yang bersangkutan,”tandasnya kepada awak media, Sabtu 18 Juli 2020.
Ia ” Agustinus” beranggapan, situasi tidak menentu bukan dikarenakan Covid-19 itu sendiri. Namun opini yang akhirnya menggiring arah pemikiran semua. Secara umum, bahwa pandemi sudah sedemikian luar biasa penyebarannya.
Pria berambut panjang ini menambahkan, disatu sisi perlu di pertanyakan dan disikapi, bahwa dinegara – negara yang terserang Covid-19 memiliki cuaca yang berbeda dengan Indonesia. Dimana gugus tugaspun mengakui di Indonesia hampir tidak ada orang yang mati karena Covid-19,”ungkapnya.
Kami sebagai bagian dari gugus tugas harus jeli, sehingga tidak terbawa pada pemikiran – pemikiran yang akan lebih menjadikan Covid-19 menjebak manusia. Karena dikhawatirkan bangsa ini akan lumpuh dan hancur dari banyak lini, tegasnya.
Pria yang menggeluti dunia kemanusiaan ini, mengajak semua berpikir tentang istilah yang tidak digunakan lagi. Ia juga dengan tegas mempertanyakan parameter ODP (Orang Dalam Pemantauan),PDP (Pasien Dalam Pengawasan) ,OTG (Orang Tanpa Gejala) dan lain -lain. Sedangkan, kematianpun sudah kerap di branded adalah Covid-19.
Pewarta: Doni
Editor: Tim Redaksi