
KOTA MALANG – malangpagi.com
Duka mendalam dirasakan keluarga Sugeng Riadi, yang tinggal di Jalan Selorejo Blok C No. 11 RT 03 RW 15 Kelurahan Lowokwaru, Kota Malang. Putri kesayangannya, Alfinia Maharani Putri (20) manjadi salah satu dari ratusan korban meninggal dunia, dalam kericuhan pada pertandingan sepakbola Liga 1 antara Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022).
Dengan mata sembab, Ibu korban Solikah menceritakan kronologi kejadian nahas tersebut. “Saat itu kami mendapat info dari salah satu teman Nia [sapaan akrab Alfinia Maharani Putri]. Dengan menunjukkan sebuah foto, Ia menanyakan ‘apa benar ini Nia?’,” ucapnya saat ditemui Malang Pagi di rumah duka, Minggu (2/10/2022).

Saat itu Solikah berpikiran bahwa Nia hanya pingsan. Namun kemudian dirinya merasa curiga dan timbul perasaan tidak enak saat di perjalanan menuju RS Wava Husada. Apalagi banyak ambulans lalu lalang.
“Kami berangkat sekitar pukul dua dini hari. Tidak ada firasat apapun. Tetapi melihat banyaknya ambulans, membuat saya dan ayah Nia merasa tidak enak. Benar saja, sesampai di sana kami diberitahu bahwa korban perempuan ada di dalam. Setelah kami buka selimut, ternyata itu benar anak kami,” tutur Solikah menahan tangis.
Sambil terisak, dirinya mengaku ikhlas dengan musibah yang menimpa. “Insyaallah kami ikhlas. Yang kami harapkan saat ini, kartu identitas anak saya dapat kembali untuk mengurus akta kematian dan BPJS. Untuk handphone yang hilang atau perhiasan biarlah kami relakan,” ujarnya
Solikah menceritakan bahwa dirinya putus kontak dengan Nia pada pukul 22.57 WIB. “Nia update status pukul 21.47 WIB. Saat saya hubungi pukul 22.57 WIB sudah tidak bisa. Dan ini sekitar pukul 05.30 WIB terakhir dilihat,” terangnya
Dikatakannya, Nia sebenarnya berangkat bersama kakak dan adik laki-lakinya. “Adiknya menonton di VIP, karena sengaja akan pulang lebih dahulu. Sedangkan kakaknya di pintu utama, dan Nia di tribun 4. Jadi terpisah,” ungkap Solikah.
Sementara itu, kakak Nia, Agung Mahardika mengaku bahwa saat kerusuhan terjadi Ia berusaha mencari adiknya tersebut. “Pertama saya naik mencari Nia, tapi tidak ada. Tiba-tiba ada gas air mata dan suporter yang berada di papan skor pun turun,” bebernya.
Saat pencarian itu, ada teman yang sempat melihat Nia saat tembakan kedua. “Saya pun turun di sentleban, ada bapak dan anak di situ dan ada tembakan lagi. Suasana tambah menegangkan,” jelas Agung.
“Para penonton pun berusaha untuk keluar. Tetapi anehnya, pintu 3 dan 4 malah ditutup. Padahal seharurnya 15 menit jelang pertandingan usai pintu keluar sudah dibuka. Tapi ini hingga selesai pintu keluarnya masih ditutup,” pungkas Agung. (Har/MAS)