KABUPATEN MALANG – malangpagi.com
Bagi penggemar film, manga atau anime, istilah Ninja tentu bukanlah hal asing. Ninja atau Shinobi (atau Kunoichi bagi Ninja perempuan), merupakan istilah bagi seseorang yang menguasai ilmu Ninjutsu. Seorang Ninja biasanya menggunakan senjata berupa Kunai dan Shuriken atau bintang ninja.
Ninjutsu yang sering kita dengar, sejatinya bukanlah sebuah seni bela diri khusus, melainkan seni perang asli yang dikembangkan terutama di Iga, Prefektur Mie dan Koka, Prefektur Shiga di Jepang.
Ilmu Ninjutsu saat ini sangat jarang dipelajari. Termasuk di Indonesia. Dari segelintir organisasi di dunia yang masih mengajarkan Ninjutsu, Bujinkan adalah salah satunya. Dan organisasi ini juga berkembang di Indonesia loh.
Bujinkan Indonesia berafiliasi dengan Bujinkan Jepang di bawah bimbingan langsung Soke Masaaki Hatsumi (Grandmaster Bujinkan ke-34 dari Togakure Ryu Ninpo), yang merupakan murid dari Shinobi terakhir, Toshitsugu Takamatsu.
“Di Malang sendiri, Bujinkan berdiri sejak 2017 silam. Tapi perkembangannya belum cepat” ungkap Sensei Hariady Kesatria, salah satu pelatih Bujinkan dari Yogyakarta, yang berperan mengembangkan ilmu Ninjutsu di Nusantara.
Sensei Hariady kali ini kembali mengunjungi Malang, dalam rangka memenuhi undangan anggota Majelis Sabuk Hitam KKI (Kyushin Ryu M Karate-Do Indonesia) Jawa Timur, Sensei Joehari Salam penyandang Dan 4.
Pelatihan singkat diadakan di Qotadah Dojo yang berlokasi di Pakiskembar Gang Karya, Kabupaten Malang yang nantinya akan menjadi salah satu homebase Bujinkan di Malang Raya, Minggu (27/9/2020) lalu. Pelatihan tersebut sekaligus membentuk kepengurusan Bujinkan di Kabupaten Malang.
Sensei Joehari mengungkapkan, maksud KKI mengundang seorang ahli Ninjutsu adalah untuk mengembangkan teknik yang dimiliki oleh Karateka.
Menurutnya, Karate memiliki banyak permainan tangan kosong. Karena itu, perlu ditambahkan teknik-teknik senjata, seperti Kenjutsu (ilmu pedang), Bo (tongkat panjang), Hanbo (tongkat pendek), dan lain-lain.
“Siswa perlu dibekali teknik senjata agar bisa berkembang” ujar Sensei Joehari kepada Malang Pagi di sela-sela latihan.
Sensei Hariady, pemegang sabuk hitam Dan 3 Bujinkan sekaligus kepala dari Kotaro Dojo Yogyakarta mengungkapkan, bahwa intisari dalam Bujinkan adalah Taihenjutsu, teknik perubahan bentuk badan.
Dalam zaman peperangan, seorang Samurai harus terus bergerak dan tidak boleh diam di tempat, bila ingin selamat. Karena itu dasar yang harus dipelajari di awal latihan adalah Shuko Ho Kaiten (rol samping), Zenpo Kaiten (rol depan), Ushiro Kaiten (rol belakang), Zenpo Kemi (jatuhan depan), Shuko Ho Ukemi (jatuhan samping) dan Ushiro Ukemi (jatuhan belakang) serta Oten (cartwheel atau meroda).
Organisasi Bujinkan sendiri menggabungkan ajaran dari garis keturunan seni beladiri (Ryūha). Di mana Masaaki Hatsumi belajar dari Takamatsu Toshitsugu, di bawah bendera Bujinkan Budo Taijutsu.
Terdapat 9 jenis Ryūha yang diajarkan di dalam Bujinkan. Yaitu Togakure Ryū Ninpō Taijutsu, Gyokko Ryū Kosshi Jutsu, Kuki Shinden Happō Bikenjutsu, Koto Ryū Koppō Jutsu, Shinden Fudo Ryū Dakentai Jutsu, Takagi Yoshin Ryū Jūtai Jutsu, Gikan Ryū Koppō Jutsu, Gyokushin Ryū Ryū Ninpō, dan Kumogakure Ryū Ninpō.
Karena begitu banyak teknik yang mesti dipelajari oleh seorang praktisi Ninjutsu, maka tak heran jika tingkatan tertinggi dalam Bujinkan mencapai DAN 15!
Kebanyakan awam mengetahui Ninja dan Ninjutsu hanya dari film. Di mana dalam film sendiri 80% adalah hiburan, sedangkan 20% sisanya adalah sejarah. Sehingga pengetahuan tentang Ninja menjadi kabur. Dan tak sedikit yang mengira siapapun yang berpakaian dan memakai penutup kepala serba hitam adalah seorang Ninja.
Hal ini yang membuat bermunculan sejumlah perguruan Ninjutsu palsu, termasuk di Indonesia. Tentu saja kemudian banyak orang yang tertipu, akibat kurangnya pengetahuan tentang Ninjutsu. Jadi, mesti berhati-hati.
Reporter : Christ
Editor : MA Setiawan