KOTA MALANG – malangpagi.com
Secara Year on Year (YoY) sepanjang tahun 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang mencatat komoditas emas perhiasan menjadi pengaruh terbesar terhadap inflasi di Kota Malang.
Tercatat, inflasi tahun 2024 di Kota Malang sebesar 1,36 persen. Capaian tersebut masih berada di bawah Provinsi Jawa Timur yang sebesar 1,51 persen dan Nasional sebesar 1,57 persen.
Kepala BPS Kota Malang Umar Sjaifudin menyebut, sepanjang 2024 komoditas emas perhiasan mengalami kenaikan harga hingga 34,10 persen.
“Sepanjang tahun 2024, ada beberapa komoditas yang menyumbang inflasi. Salah satunya, emas perhiasan yang terus mengalami kenaikan hingga 34,10 persen,” ujar Umar.
Umar mengatakan, kenaikan harga tersebut menjadikan emas perhiasan sebagai komoditas paling sentral yang memberikan andil sebesar 0,38 persen terhadap inflasi tahunan di Kota Malang.
“Harga emas mengikuti harga dunia. Bahkan kalau saya sebutkan secara year on year (yoy), emas adalah komoditas nomor satu dalam hal penyumbang inflasi di 2024,” jelas Umar.
Selain harga emas perhiasan, Umar menjelaskan bahwa inflasi tahunan di Kota Malang juga disebabkan kenaikan harga komoditas pangan, yakni bawang merah sebesar 38,79 persen, telur ayam ras sebesar 8,06 persen, minyak goreng 7,12 persen, dan daging ayam ras sebesar 6,39 persen.
Selain lima komoditas tersebut, Umar menyebut, inflasi di Kota Malang juga disebabkan oleh kenaikan harga barang maupun pembiayaan jasa, yakni bawang putih sebesar 13,02 persen, kopi bubuk 9,48 persen, Sigaret Kretek Mesin (SKM) 4,10 persen, tarif rumah sakit 5,28 persen, dan biaya perguruan tinggi 1,33 persen.
“SKM memberi andil terhadap inflasi 0,07 persen, kopi bubuk 0,06 persen, biaya akademi atau perguruan tinggi 0,05 persen, tarif rumah sakit 0,04 persen, dan bawang putih 0,04 persen,” ujarnya.
Pada periode Januari hingga Desember 2024, BPS Kota Malan juga mencatat 10 komoditas utama yang mampu menahan laju inflasi, yakni cabai rawit, cabai merah, bensin, tomat, jeruk, labu siam, pisang, tongkol diawetkan, bayam, dan daun bawang.
Dirinya menuturkan, pada periode 2024 cabai rawit mengalami penurunan harga sebesar 47,31 persen, cabai merah 54,34 persen, bahan bakar minyak 1,90 persen, tomat 29,37 persen, jeruk 14,69 persen, labu siam 21,34 persen, pisang 4,50 persen, tongkol diawetkan 25,41 persen, bayam 23,15 persen, dan daun bawang 27,18 persen.
“Kalau lima teratas yang memberikan andil terhadap deflasi itu cabai rawit 0,21 persen, cabai merah 0,18 persen, bensin 0,11 persen, tomat 0,05 persen, dan jeruk 0,04 persen,” pungkasnya. (YD)