KOTA MALANG – malangpagi.com
Cap Gomeh kerap disajikan saat perayaan Imlek. Tepatnya pada hari ke-15 Tahun Baru Kongzili. Tjahjana Indra Kusuma selaku pemerhati sejarah menyampaikan jika Cap Go Meh adalah rangkaian suku kata Hokkien; ‘Cap Go’ berarti limabelas dan ‘Meh’ adalah malam.
“Rangkaian kata tersebut berarti ‘malam kelimabelas’ setelah Tahun Baru Imlek. Di Indonesia, tradisi Cap Go Meh sekarang tidak hanya dirayakan lewat Festival Lampion saja. Beberapa daerah di Indonesia menyemarakkannya dengan konvoi barongsai dan naga, hingga pertunjukan Tatung,” jelasnya kepada Malang Pagi. Sabtu (4/1/2023)
“Dalam pertunjukan tatung akan menampilkan orang-orang dengan talenta khusus untuk ‘dipinjam’ jiwanya oleh dewa atau dewi,” imbuhnya
Dikatakannya, Cap Go Meh yang juga disebut Festival Lentera atau Lampion menandai bulan purnama pertama tahun lunar baru dan akhir perayaan Tahun Baru Imlek. “Pada masa Dinasti Tang (618-907 M), perayaan ini justru menjadi semacam pesta rakyat yang kemudian dikenal dengan nama Festival Yuanxiao atau Festival Shangyuan. Ritus ini kemudian diadopsi oleh masyarakat umum dan menyebar ke seluruh Cina dan bagian lain di Asia hingga ke seluruh dunia,” papar Indra sapaan pria yang juga pakar sejarah kereta api ini.
Dijelaskannya, makanan Cap Go Meh ini dihidangkan dan disantap bersama keluarga pada perayaan hari ke-15 setelah perayaan Imlek atau tahun baru Kongzili. “Makanan ini terdiri dari hidangan inti dan pelengkapnya. Hidangan intinya berupa Lontong Cap Go Meh. Lontong Cap Go Meh, bisa terdiri dari lontong, opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng ati, telur pindang, koya, abon sapi, sambal terasi dan udang renyah,” terangnya
Dari komposisinya tampak akulturasi budaya Tiongkok dalam selera kuliner peranakan dengan selera budaya lokal. “Bagi etnis Tionghoa di Indonesia lontong Cap Go Meh dianggap spesial karena memiliki makna pembawa keberuntungan. “Menghidangkan dan memakan lontong Cap Go Meh pada Hari Raya Imlek akan mendapatkan keberuntungan, rezeki, dan kemakmuran sepanjang tahun,” ujar Indra
Untuk bentuk lontong yang panjang dianggap lambang panjang umur. Sementara telur lambang keberuntungan, dan santan yang dibumbui kuah kunyit berwarna keemasan lambang emas dan keberuntungan. “Warna kuning keemasan pada satu hidangan lontong Cap Go Meh dianggap sebagai simbol kemakmuran dan kekayaan. Warna emas atau kuning merupakan warna keberuntungan,” jelasnya
Makanan lain penyerta atau pelengkap hidangan inti ini adalah kue keranjang yang dalam bahasa Mandarin kue keranjang disebut Nian Gao atau dalam dialek Hokkian ‘Ti Kwe’. “Kue keranjang terbuat dari tepung ketan dan gula, serta mempunyai tekstur yang kenyal dan lengket. Penamaan kue keranjang ini berasal dari wadah cetaknya yang berbentuk keranjang,” tuturnya
Kemudian wedang ronde, atau ronde dalam bahasa Mandarin disebut ‘Yuan Ziao’. Wedang ronde ini merupakan bola-bola yang terbuat dari beras ketan dan dimakan bersama kuah gula dan rempah-rempah. “Bagi masyarakat Tionghoa, wedang ronde yang khas saat perayaan Cap Go Meh dianggap sebagai minuman para dewa yang memiliki tiga unsur warna yakni hijau yang melambangkan sebuah harapan, merah membawa keberuntungan dan putih lambang kesejahteraan dan persatuan,” bebernya
Sedangkan onde-onde adalah makanan berbentuk bulat dengan taburan wijen serta memiliki permukaan yang berwarna kekuningan. “Makna onde-onde dianggap pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa,” ucapnya
Tidak hanya itu, ada makanan pelengkap yang diberi nama Telur Teh yakni telur yang direbus dengan kecap asin dan teh. “Menurut masyarakat Tionghoa, makna telur teh dipercaya sebagai simbol kesuburan juga kesejahteraan di tahun yang baru,” kata Indra
“Untuk makanan pelengkap terakhir adalah jeruk mandarin sebagai buah penutup yang musim panennya menjelang Imlek,” tambah Indra
Sementara itu, pemerhati budaya Ampri Bayu menyampaikan Tradisi Cap Go Meh di Nusantara dilakukan saat perayaan hari ke 15 dalam Sin Cia. “Perayaan ini sebenarnya juga ajang mencari jodoh atau valentine nya peranakan, dimana mereka yang sedang mamadu kasih, dari pihak laki laki harus meyakinkan orang tua si cewek bahwa mereka adalah laki laki yang baik buat anak perempuan nya, dengan syarat membawa sepasang ikang bandeng sebagai simbol kesejahteraan,” beber Ampri
Menurutnya, tradisi Cap Go Meh sendiri di Nusantara dirayakan secara khusus. Seperti dalam hari Raya Idul Fitri ada perayaan hari ke tujuh dengan nama Riyaya Kupat. “Nah, dalam tradisi peranakan perayaan ini disebut dengan Cap Go Meh. Sebuah perayaan terakhir di bulan Cia-Gwee, perayaan pesta hari kelima belas dalam perayaan Imlek disebut sebagai pesta Goan Swiu atau hari lahirnya Siang Goan Than Koan atau biasa dipahami sebagai kelahiran roh yang memerintah bumi dan langit,” jelasnya
Pria pemandu museum ini pun mengemukakan jika Tradisi Cap Go Meh juga diliputi makanan sesajian yang pada akhirnya menjadi hantaran atau menu utama dalam merayakan pesta Goan Swiu. Pada pesta ke-15 ini, orang-orang menurunkan kue Nien Kao atau lebih populer disebut dengan Kue Ranjang. “Kue Ranjang di turunkan dalam meja abu leluhur, kuenya lalu dipotong potong dan dibalur dengan adonan tepung yang di campur dengan telur, lada, garam, dan kapur sirih agar adonan menjadi renyah. Setelah terbalut maka digoreng hingga kering layaknya seperti menggoreng pisang dan setelah matang dimakan beramai-ramai,” paparnya
Tidak hanya sajian Kue Nien Kao. Ada Lontong Cap Go Meh, sajian ini sebenarnya adalah akulturasi budaya peranakan dan Jawa. “Dalam literatur Hari Raya Tionghoa yang ditulis oleh Marcus A.S. bahwa usia Lontong Cap Go meh lebih dari 250 tahun. “Makna dari Lontong Cap Go Meh adalah panjang umur dan panjang rejeki karena lontong berbentuk padat dan panjang,” tuturnya
Dalam khasanahnya Lontong Cap Go Meh di sajikan dengan sambal goreng ebi dan sambal goreng kelapa. “Namun karena pergeseran zaman dan rumitnya pengolahan dua menu tersebut, sambal goreng kelapa dan ebi banyak tidak disajikan kembali,” ujar Ampri
Lalu, Ampri menyebut ada yang menambahkan dengan opor ayam kuah dan sambal goreng jeroan yang sampai hari ini masih dilestarikan. “Ada jeruk, mie, yaunxiao (onde-onde) dan wedang ronde. Semua menu tersebut menjadi khasanah dalam perayaan hari ke 15 Tahun Baru Imlek,” terang Ampri
Ia mengungkapkan dalam kepercayaan yang lain. Perayaan Cap Go Meh juga merupakan hari membuang sial. “Pada hari itu mereka tidak melakukan aktivitas apa apa,” pungkas Ampri.