KOTA MALANG – malangpagi.com
Kayutangan Heritage menjadi primadona wisata baru bagi masyarakat Kota Malang. Koridor Jalan Basuki Rahmat tersebut kini tidak pernah sepi dikuncungi warga. Baik untuk bersantai atau sekedar berswa foto guna diunggah ke media sosial masing-masing.
Terlepas dari euforia masyarakat yang terjadi, banyak pihak menyayangkan bungkamnya Pemerintah Kota Malang, yang seolah tidak mengajak elemen masyarakat untuk berdiskusi terkait penataan ‘Ibukota Heritage’ Kota Malang itu. Sehingga tak heran jika kemudian muncul pertanyaan publik, akan dibawa ke mana Kayutangan?
Menanggapi pertanyaan masyarakat tersebut, Komunitas Malang Peduli Demokrasi (MPD) berinisiasi menghadirkan tokoh eksekutif dan legislatif, guna duduk bareng dan berdiskusi membahas permasalahan Kayutangan.
Acara yang digelar di Hotel Pelangi, Jumat (21/1/2022), itu mengusung tajuk “Arep Diapakno Kayutangan Iki?” [Mau Diapakan Kayutangan Ini].
Sayangnya, Walikota Malang Sutiaji yang diundang untuk menjadi pembicara utama berhalangan hadir, dan diwakilkan kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang, Diah Ayu Kusuma Dewi.
Begitupun Ketua DPRD Kota Malang, I Made Rian Diana Kartika, yang seharusnya juga menjadi pembicara tidak dapat datang di acara tersebut, sehingga diwakili oleh Sekretaris Komisi B DPRD Kota Malang, Arief Wahyudi, yang membawahi bidang perekonomian dan keuangan.
Diskusi sore itu dipantik dengan pertanyaan Direktur Utama Jatim Park 3, Suryo Widodo, yang mempertanyakan seperti apa konsep Kayutangan? Serta apa dampaknya bagi masyarakat Kota Malang?
“Saya melihat banyak kekurangan-kekurangan dalam penataan Kayutangan sebagai destinasi wisata. Jika masyarakat akan menampilkan seni budaya, listriknya ambil di mana? Pun jika pengunjung hendak ke toilet, apa iya mau numpang di toko-toko?,” tanya pria yang biasa dipanggil Pak Suryo itu.
“Selain itu, parkir juga belum disiapkan secara matang sehingga timbul kemacetan. Hal ini dapat terurai jika Walikota dapat hadir. Jadi kita tahu kebijakan Pemkot Malang, nantinya Kayutangan ini mau jadi seperti apa? Sehingga masyarakat tahu,” lanjutnya.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Kadis PUPRPKP Kota Malang, Diah Ayu Kusuma Dewi, memaparkan tujuan dibangunnya Kayutangan Heritage. “Adanya Kayutangan Heritage adalah karena Pak Walikota menghendaki revitalisasi. Karena dulu Kayutangan menjadi ikon Kota Malang. Namun beberapa tahun terakhir ini, Kayutangan hanya dilewati saja,” ungkapnya.
“Dengan adanya revitalisasi Kayutangan Heritage, masyarakat Kota Malang dapat bangga adanya kawasan Kayutangan ini,” imbuh Diah Ayu di hadapan peserta diskusi.
Lebih lanjut perempuan berjilbab itu memaparkan, konsep Kayutangan dibangun dalam tiga zona. “Zona satu dimulai dari Kantor PLN hingga area Rajabally. Zona dua diawali dari Rajabally sampai pembangunan yang sedang berlangsung saat ini. Sedangkan zona tiga adalah berakhirnya zona dua hingga Sarinah,” beber Diah.
Dirinya menjelaskan, pembangunan zona satu dan dua dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, dengan anggaran berasal dari APBN. Sedangkan untuk zona tiga pengerjaan akan dilaksanakan oleh DPUPRPKP Kota Malang.
“Pada prinsipnya, zona tiga sama dengan zona satu dan dua. Tetapi kami menjaga badan jalan selebar 12 meter, 6 meter kanan dan 6 meter kiri, selebihnya adalah trotoar. Dengan trotoar yang lebih lebar, kami berharap penampilan atau pertunjukan seni budaya dapat lebih bergerak,” terang perempuan yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang itu.
Untuk menghidupkan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), menurut Diah, pengunjung dapat menikmati wisata kuliner yang ada di dalam gang sepanjang koridor Kayutangan, atau dapat singgah ke Pasar Talun yang terletak tak jauh dari kawasan tersebut.
“Dengan demikian, kami harap UMKM dapat bergeliat. Untuk taman di median jalan akan diratakan, dan kabel yang bergelantungan akan ditanam, namun menunggu pembangunan zona tiga usai. Sedangkan listrik untuk pertunjukan akan kami koordinasikan dengan pihak provider,” terangnya.
Diah mengakui bahwa pihaknya belum menambahkan dan belum menganggarkan terkait ketersediaan toilet dalam desain Kayutangan zona tiga. “Kami mohon maaf, untuk toilet belum ada dalam desain kami, dan kami akan segera menganggarkannya,” imbuhnya.
Senada dengan itu, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni membeberkan, pembangunan Kayutangan Heritage adalah untuk menghidupkan area Kayutangan yang mati selama bertahun-tahun.
“Untuk menghidupkan kembali Kayutangan, kami membuka pendaftaran [pertunjukan] musik. Pada Sabtu dimulai pukul enam sore dan berakhir pukul sembilan malam. Sedangkan untuk Minggu, pergelaran akan dimulai pukul sembilan pagi hingga dua belas siang,” urainya.
Ida menerangkan bahwa pihaknya menerima sekitar 100 seniman ber-KTP Kota Malang yang telah mendaftar, dan akan bergantian tampil di empat titik pergelaran seni musik, yakni di depan Gang 4, Gang 6, depan BNI, dan di depan signage Kajoetangan.
Sementara itu, Sekretaris Komisi B DPRD Kota Malang, Arief Wahyudi menegaskan bahwa pihak legislatif mendukung revitalisasi Kayutangan. “Intinya, Dewan tidak pernah menawar apabila Pemkot Malang mengajukan anggaran untuk Kayutangan. Tapi ya harus ditata yang benar,” tegasnya.
Dirinya sependapat dengan pertanyaan yang dilontarkan Suryo Widodo, bahwa Pemkot Malang harus memikirkan aliran listrik, tempat parkir, maupun ketersediaan toilet umum.
“Kayutangan ini dulunya adalah pusat perbelanjaan yang nyaman. Mari jadikan Kayutangan sebagai ikon Kota Malang dengan penataan yang baik, dan berimbas pada masyarakat sekitar. Parkirnya ditata, toilet, dan aliran listrik juga dipikirkan,” sarannya.
Saran lain datang dari Dimmy, salah satu perwakilan masyarakat yang hadir. Dirinya kembali menegaskan pentingnya keberadaan tempat parkir, dan menyarankan agar Pemkot Malang memanfaatkan lahan bekas Bioskop Merdeka.
“Ada lahan bekas Bioskop Merdeka. Harus diperjuangkan untuk dijadikan salah satu titik parkir dan dibuat bertingkat. Bagi pengunjung diwajibkan berjalan kaki untuk menikmati sepanjang Kayutangan, dan agar dapat masuk ke kampung-kampung,” usulnya.
Jalannya diskusi sore itu berlangsung gayeng. Para hadirin silih berganti mengungkapkan aspirasi agar penataan Kayutangan lebih baik. Hal ini menunjukkan antusiasme masyarakat Kota Malang, akan hadirnya destinasi wisata ikonik berlevel internasional. (Har/MAS)