
KOTA BATU – malangpagi.com
Jepang telah lama terkenal dengan budaya seni yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari rakyatnya, bahkan mempengaruhi dunia tanaman hias. Salah satu seni tanaman hias tanpa pot khas Jepang adalah Kokedama. Inspirasi dari seni bertanam ini juga menciptakan minat pada seorang petani tanaman hias di kota Batu, Jawa Timur, yang bernama Lili.
Lili menjelaskan alasan dirinya menggeluti Kokedana dikarenakan keselarasan bidang kuliah jurusan peternakan yang diambil di Universitas Brawijaya.
“Dari segi bahasa juga, Kokedama berasal dari dua kata, yaitu koke yang berarti lumut dan dama yang artinya bola. Namun, dalam konteks bahasa Jepang, Kokedama juga bisa diartikan sebagai seni menanam bonsai tanpa pot. Beberapa kelompok juga menganggap Kokedama sebagai bentuk seni bonsai yang lebih terjangkau bagi masyarakat kalangan bawah,” papar Lili saat ditemui Malangpagi di Jalan Patimura, Kota Batu, Kamis (7/12/2023).
Lili mengungkapkan usaha ekonomi kreatif yang ia tekuni telah mencapai pasaran dunia yakni, Malaysia, Jepang, Dubai, Australia, Korea, dan New Zealend. “Berkat bantuan dari Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu juga untuk mempromosikan melalui event dan pameran yang diselenggarakan Kokedama bisa dikenal wisatawan mancanegara lainnya yang pasarannya belum disentuh oleh saya,” tandasnya.
Lili menjelaskan proses perawatan tanaman hias dengan metode Kokedama ini dapat dilakukan dengan sangat simpel. “Frekuensi penyiraman tanaman yang seharusnya setiap hari bisa dikurangi menjadi 1 atau 2 kali seminggu. Dengan cara ini, risiko pembusukan akar tanaman akibat kelebihan air dapat dihindari,” ujarnya.
Lili membeberkan alasan menerapkan metode Kokedama karena dia merasa bahwa pendekatan sebelumnya, yaitu merawat tanaman hias dengan menggunakan pot dan tanah di dalam ruangan, terlalu kompleks dan memakan waktu.
“Untuk tanaman biasa, orang perlu melakukan perawatan yang cukup rumit, seperti menyiram tanaman setiap hari. Sedangkan dengan metode Kokedama, orang hanya perlu menyiram satu atau dua kali dalam seminggu, membuatnya lebih sederhana untuk perawatan,” jelasnya.

Dia membeberkan jika di Jepang, Kokedama menggunakan lumut sebagai media tanam. Namun di kota Batu, Jawa Timur, yang tidak memiliki iklim sub tropis bahan yang paling sesuai dengan kondisi alam Indonesia adalah serabut kelapa tua yang banyak tersedia di pasar-pasar tradisional.
“Tanaman hias yang sudah siap tanam dipisahkan dari media pot, lalu secara bertahap dibalut dengan menggunakan serabut kelapa hingga membentuk bola dengan ukuran tertentu. Untuk menjaga bentuk yang diinginkan, bola serabut kelapa diikat menggunakan tali plastik atau rotan sintetis,” bebernya.
Selain lebih simpel dalam perawatan, Lili menerangkan keindahan seni tanaman hias dengan metode Kokedama ini dapat dinikmati baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan. “Harganya juga terjangkau, mulai dari Rp 20 ribu hingga ratusan ribu rupiah, bergantung pada bentuk, ukuran, dan jenis tanaman yang terdapat di dalamnya,” paparnya. (MK/YD)