SAMPANG – malangpagi.com
Musim panen tembakau tahun ini, para petani tembakau di Pulau Madura, khususnya di Kabupaten Sampang mengeluhkan harga jual tembakau yang anjlok.
Seperti disampaikan salah satu petani tembakau, Abdul asal Desa Patarongan, Kecamatan Torjun, “Musim panen tembakau tahun ini sungguh sangat mengecewakan. Harga tembakau sangat murah, tidak seperti tahun sebelumnya.”
Petani tembakau mengandalkan hasil panen pertanian tembakau sekali dalam setahun. Abdul mengaku dirinya memilih untuk bertani tembakau sebagai produk pertanian unggulan, dengan harapan mendapatkan hasil lebih baik dari menanam tanaman lainnya.
Kualitas panen tembakau tahun ini sejatinya lebih baik dari tahun sebelumnya. Namun harga jualnya malah bertolak belakang akibat dampak pandemi.
“Jujur, perkonomian kami terdampak pandemi Covid-19 sehingga menaruh harapan besar dari hasil panen tembakau. Tapi kenyataannya, harga tembakau tahun ini benar benar mengecewakan. Oleh sebab itu, kami memohon kehadiran Pemerintah Kabupaten Sampang untuk bisa memperjuangkan nasib petani tembakau, dengan mengupayakan harga jual tembakau kembali stabil,” ujar Abdul kepada Malang Pagi, Rabu (9/9/2020).
Sementara itu, Kasi Bina Usaha Perdagangan dan Produksi Dinas Perdagangan dan Perindustrian Sampang, Adil mengatakan bahwa saat ini di sebagian wilayah sudah memasuki musim panen tembakau. Dirinya membenarkan jika harga tembakau saat ini memang mengalami penurunan drastis, berdasarkan monitoring yang pihaknya lakukannya di lapangan.
“Musim ini, harga tembakau jenis biasa hanya dihargai Rp14.000 perkilogram. Sedangkan standarnya adalah Rp30.000 perkilogram,” terang Adil.
“Untuk jenis tembakau Gunung yang kualitasnya lebih bagus dihargai Rp32.000 perkilogram, dari standarnya sekitar Rp50.000 perkilogramnya,” lanjutnya.
Penyebab lain, harga tembakau menjadi murah karena pada musim panen kali ini hanya ada satu pabrik, yakni Gudang Garam yang membeli tembakau dari petani di Sampang.
Sedangkan di musim sebelumnya, ada tiga pabrik lainnya yaitu, Sampoerna, Bentoel, dan Clas Mild.
“Saya kurang tahu penyebabnya, mengapa sejumlah gudang itu tidak lagi membeli. Apakah karena pandemi, atau ada alasan lain,” pungkas Adil.
Penulis : Widodo
Editor : MA Setiawan